[Dear Diary ... hari pertama sekolah di tempat baru cukup mengesankan. Meski aku mengalami kesialan, bertemu dengan cowok menyebalkan bernama ... entahlah, aku tak ingin menulis namanya di buku ini ....]
Gadis berkacamata itu menutup buku hariannya setelah menuliskan sesuatu yang menurutnya penting untuk disimpan dalam buku tersebut. Buku diary adalah teman setia Mona. Apapun yang terjadi dalam hidupnya, ia akan tuliskan semua di sana.
"Mona ...." Sang Mama dengan pakaian yang sudah sangat rapi menghampiri putri semata wayangnya. Ia mengenakan celana jeans dengan tunik bermotif bunga. Wajahnya begitu cantik meski dengan polesan make up yang sederhana.
Mona berbalik melihat ke arah sang Mama. "Mama rapi banget, mau ke mana?"
"Antar Mama belanja, yuk? Sekalian kita jalan-jalan," ajaknya begitu semangat.
"Emang Mama tau tempatnya?"
"Tau, udah ayo cepetan ganti baju. Mama tungguin di luar."
"Iya, Ma."
"Gak ... pake ... lama!" ucap Lisa dijeda-jeda.
"Iya, Mama ...."
Mona bergegas ganti baju, ia mengenakan dress polos berwarna merah muda. Rambutnya dikuncir kuda dengan poni yang dibiarkan menutupi kening, mata indah gadis itu terhalang oleh kacamata minusnya. Namun, tak mengurangi kecantikan alami yang diturunkan dari sang Mama.
Anak dan seorang ibu telah bersiap untuk pergi ke suatu tempat, di mana mereka akan berbelanja kebutuhan bulanan--supermarket. Mereka akan ke sana menggunakan taksi yang sudah dipesan sebelumnya.
***
"Tadi hari pertama sekolah gimana? Seneng gak? Temen-temennya baik, kan, sama kamu?" Lisa memberondong pertanyaan pada anak gadisnya.
"Ish! Satu-satu nanyanya, Mama. Mona, kan, bingung jawabnya."
Wanita yang usianya sudah kepala empat itu hanya meringis menampakkan giginya yang putih dan rapi. "Maaf, Nduk. Saking keponya."
"Alhamdulillah mereka semua baik-baik, kok, Ma. Sekolahannya juga nyaman," jawab Mona.
"Bagus deh, Mama ikut seneng. Mudah-mudahan kamu betah di sana." Mona hanya mengangguk pelan seraya tersenyum.
Tak ada obrolan lagi di antara keduanya. Mereka sibuk menikmati perjalanan hingga sampai ke tempat tujuan.
Monalisa--nama panjang Mona yang digabung dengan nama sang Mama. Mereka bak dua kakak beradik, meski umur sang Mama sudah bisa dibilang tua. Namun, masih terlihat muda. Mereka berjalan begitu santai, beberapa pasang mata tertuju padanya.
Keduanya masuk ke sebuah lorong di mana berbagai macam jenis sayuran tersedia dengan ditata rapi. Setelah dirasa cukup, mereka beralih ke segala penjuru supermarket. Mengambil semua kebutuhan rumah tangga yang mereka perlukan.
"Ma, Mona mau ke sana, ya? Nyari parfum."