"Pak, tolong anterin saya pulang, ya?" ucap Mona pada supir taksi.
"Baik, Neng. Mau ke mana ini?"
"Di jalan Akasia Blok A7, Pak."
"Baik, Neng."
Perlahan taksi itu berjalan, tepat saat sudah keluar dari area parkiran. Mona melihat wanita yang sangat ia kenali dari balik kaca mobil.
"Loh ... itu, kan, Mama. Ngapain coba?" ucapnya. Lalu menyuruh supir taksi itu untuk segera menghentikan mobilnya.
"Tunggu sebentar, ya, Pak?" ujarnya seraya membuka pintu mobil dan menghampiri sang Mama.
Ia sempat terpaku begitu melihat Mama-nya yang ternyata sedang bersama tiga orang pemuda. Mona menatap salah satu pemuda yang sudah tak asing lagi baginya. Rafa.
Keduanya saling menatap, seakan saling bertanya dengan keberadaan mereka yang kembali dipertemukan.
"Eh ketemu lagi ...," celetuk Iyan saat menyadari Mona berada di depannya. Seketika gadis itu terkesiap dan mengalihkan tatapannya dari kedua mata milik Rafa.
"Mama ngapain di sini? Tau gak, Mona nyariin dari tadi tau."
"Ya ampun, maafin Mama, ya. Dompet Mama dijambret tadi, untung ada anak ganteng ini yang nolongin," jelas Lisa sambil menunjuk ke arah pemuda ganteng bersama dua temannya.
Mendengar itu Mona kembali menatap Rafa, ia merasa tak enak. Dua kali cowok itu memberinya nilai minus untuk setiap tindakannya. Namun, dua kali pula Rafa telah merubah mindsetnya terhadap cowok yang mengenakan baju kotak-kotak itu.
Sebelumnya ia berpikir jika Rafa tak pernah bisa berbuat atau melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain. Ternyata Rafa tak seburuk yang ia pikirkan.
"Maaf, tante. Saya permisi," ucap Rafa pada Lisa dengan sopan.
"Oh, iya iya ... makasih banyak, ya. Sudah nolong tante tadi."
"Sama-sama, mari tante ...," ucap Rafa yang disusul kedua temannya.
Ketiga pemuda itu menaiki kendaraan bermotornya, kemudian pergi meninggalkan dua wanita yang kini merasa berhutang budi, terutama pada Rafa.
"Hei ... kamu kenapa bengong gitu? Naksir, ya?" ledek Lisa pada anak gadisnya yang tengah menatap lurus ke arah Rafa dan teman-temannya menjauh.