Rani akhirnya kembali mendarat di negara yang indah bak lukisan. New Zeakan! Bahagianya hatinya bisa menginjakkan kaki lagi di negara yang ia impikan untuk menjadi rumah keduanya setelah Yogya. Negara yg selalu ia rindukan, bak kota rindu tempat asalnya yang selalu dirindukan banyak orang. Ia menghirup udara bahagia sepuasnya, karena kembali memiliki kesempatan menyusuri Auckland, sebuah kota metropolitan yang tak sesibuk kota Jakarta. Kota yang menurutnya sangat nyaman untuk ditinggali. Rumah-rumahnya memiliki halaman yang luas dan jalanan yang lebar. Udara masih bersih, bebas dari polusi apalagi asap kendaraan. Bahkan airnya saja bisa langsung di minum lewat kran, tanpa dimasak terlebih dulu saking jernih dan bersihnya. Suatu saat, ia akan tinggal di sini. di kota yang ramah dan hangatnya persis seperti kota kelahirannya Yogya
" TEETTTeeettt..!"
Bis berwarna kuning kemerahan segera berhenti tepat di depan sebuah halte yang tak jauh dari pusat kota, ketika mendengar suara bel dari kursi salah satu penumpangnya. Rani yang berbalut mantel berbulu bergegas turun dengan langkah gesit. Melihat ke kiri dan kanan dengan wajah berseri meski masih di balut rasa lelah, sebelum menyebarang jalan menuju Harbour Park. Taman kota yang tak jauh dari pelabuhan dan jalanan Queenstret. Ia memang memutuskan singgah dulu di taman kecil di tengah kota ini, sebelum menyusuri Queenstreet surganya belanja sampai pegel. Burung-burung merpati terbang merendah dengan lincahnya kearah Rani. Seolah-olah ingin memberi sambutan padanya. Tiba-tiba,
“Cekrek!
Seorang pria mengarahkan kameranya ke arah Rani, yang tengah duduk-duduk santai menikmati taman di pagi yang cerah.
Rani tak sempat melarang karena begitu tiba-tiba. Ia ingin marah karena tanpa minta persetujuannya dahulu, pria di depannya ini membidikkan kamera seenaknya. Tapi, ia selalu bisa menahan diri, meski betapapun jengkelnya.
“Amazing! Seorang pria dengan senyum jahilnya, menunjukkan selembar foto padanya tanpa merasa bersalah.