Selesai membantu para penumpang, Rani mendapatkan giliran untuk memberikan aba-aba tata cara menggunakan seatbell dengan benar juga pelampung bila terdesak saat darurat. Sementara itu seorang pria yang berhasil membuatnya berdebar-debar indah, menatapnya tanpa berkedip dari kursinya. Entah mengapa, Rani menjadi agak gugup merasa ada yang memandanginya penuh perasaan. Biasanya ia cuek saja dan bersikap tenang saat berdiri dihadapan mata-mata para penumpang yang mendengarkan instruksinya. Hampir saja ia melakukan kesalahan karena mendadak gugup. Uh! Payah juga nih, baru juga dipandangi seorang cowok baru dikenal. Apa kata dunia bila tadi lidahnya terpeleset karena nervous. Begitu selesai, Rani pun segera ke pantry pesawat demi menenangkan degup jantungnya.
Awan mulai menggelap. Beberapa menit lagi pesawat akan mendarat di bandara Adi Sucipto Yogya. Hujan deras nampaknya menyambut kedatangan mereka. Namun tiba-tiba jerit para penumpang menyadarkannya dari lamunan. Bahkan ada yang mencoba saling berebutan dan tarik-tarikan untuk bisa segera melompat ke luar pintu darurat. Rani ikut merasakan kerasnya guncangan pesawat yang hendak mendarat. Degup jantungnya kini berbunyi sangat kencang melebihi kerasnya degup jantung saat ia ditatap oleh Rama. Ia hanya mampu menenangkan penumpang untuk tetap diam duduk di tempat tanpa bisa menjelaskan apa-apa dulu. Ia hanya bisa merasakan sesuatu yang tak lazim yaitu saat roda menyentuh landasan, pesawat bukannya pelan, tapi tetap melaju kencang. Biasanya saat landing di Yogyakarta, pesawat cepat-cepat mengerem lantaran landasan di bandara ini yang pendek.
Rama yang duduk di dekat jendela pun panik. Dirinya melihat dengan jelas tanah di ujung landasan berhamburan terkena dorongan mesin pesawat. Para penumpang lain juga tak kalah panik. Mereka merasakan pesawat yang membawa 161 penumpang itu terus melaju seperti telat mengerem. Rama mendengar semua berteriak kencang dan banyak yang membaca istigfar. Beberapa orang panik dan saling bertakbir serta memanjatkan doa.
"Allahu Akbar!"
"Innalillahi."
"Arghhhhh!!..."
"Mohon para penumpang harap tenang, pesawat dalam keadaan tergelincir, hingga terjadi crash landing," para awak cabin yang lain mencoba menenangkan. Sementara itu Rama terlihat bangkit dari kursinya dan mencari Rani. Ia begitu khawatir dengan Rani dan merasa takut terjadi sesuatu pada wanita yang ia cintai diam-diam itu. Bila tiba-tiba pesawat terbakar atau meledak.. Rama pun bernafas lega, ketika melihat Rani tengah berusaha menenangkan salah satu penumpang yang terlihat lemas dan berwajah pucat karena masih shock. Walaupun tahu ternyata pesawat hanya tergelincir ke luar landasan saat mendarat dalam situasi cuaca yang sedang hujan lebat. Namun ada satu penumpang yang mendadak terkena serangan jantung akibat terkejut. Untunglah ada Rama yang sigap membawakan oksigen secepatnya. Akhirnya.....
"Sekali lagi terima kasih yah Ram," ucap Rani lega.
"Sama-sama Ran, kamu tak seharusnya meminta ucapan terima kasih padaku, karena ini sudah kewajiban kita semua sebagai sesama penumpang. Oh ya, boleh saya minta imbalan khusus darimu? todong Rama
.Bo..bolehimbalan apa yang kamu minta? Tanya Rani sedikit gelagapan. Tak menyangka Rama meminta balasan. Tapi entah mengapa, tiba-tiba rasa kesalnya pada Rama hilang, berganti dengan rasa simpati.
“Mulai saat ini, kamu jangan lagi menolak menjadi sahabat terbaikku, ucap Rama serius.
“Baiklah, saya mau jadi sahabatmu, jawab Rani tersenyum
“Sahabat terbaikkan?