PANGGILAN HUDOR

Oleh: YOHS SUWONDO

Blurb

Di suatu pulau kecil, ada dua kota kembar yang sudah lama terpisah oleh Dewala gunung sangat tinggi berbentuk dinding, sehingga mereka tidak tahu bahwa mereka memiliki saudara yang sangat berdekatan baik lokasi maupun asal-usul.

Kota Wodapala di sebelah timur dan Ranggaz di sebelah barat. Kondisi mereka sangat jauh berbeda. Wodapala masih subur dan permai, sebaliknya Ranggaz berubah sangat mengenaskan, panas dan sangat gersang. Hujan hanya turun beberapa kali setahun - itu pun hujan asam yang membahayakan. Penampilan penduduknya aneh-aneh dan mengerikan akibat penyimpangan genetis. Mereka egois, saling curiga, membenci, iri hati, sehingga tidak pernah ada kedamaian. Tragisnya, pemerintah yang seharusnya mengupayakan kesejahteraan malah menindas penduduknya dengan peraturan-peraturan yang tidak manusiawi. Bencana itu adalah akibat mengabaikan himbuan untuk menjaga air.

Kaum Noa yang tinggal di puncak gunung Dewala - yang menganggap diri mereka penjaga air di bumi - melihat tragedi Rangaz itu akan terulang di Wodapala karena sikap mereka yang tidak menghargai lingkungan. Untuk mencegah hal itu, mereka memilih seorang pemuda sederhana bernama HUDOR dari Wodapala untuk misi menyelamatkan kotanya.

Dalam memenuhi penggilan itu HUDOR dan MAYMI kekasihnya, mengalami drama, intrik, kecaman, fitnah, ancaman, yang berbalut nuansa sosial, ekonomi, dan mistis. Dan untuk memantapkan penggilan itu kaum Noa mengirim mereka ke Ranggaz melalui sebuah lorong rahasia.

Di Ranggaz mereka mengalami kengerian akibat rusaknya sendi-sendi kehidupan. Mereka dipuja sebagai dewa oleh masyarakat karena tubuh mereka yang sempurna. Para elite menangkap mereka demi perbaikan keturunan Ranggaz ke depan.

Hudor diperah benihnya sebagai bibit unggul dan dikomersilkan, MAYMI diperebutkan oleh walikota dan komandan keamanan. Dalam enam hari mereka harus bisa meloloskan diri atau terjebak selamanya di kota terkutuk itu.

Lihat selengkapnya