BAB DELAPAN BELAS
FISO SATU-SATUNYA orang yang dapat membakar semangat mereka. Sebab ia ada sejak awal berkobarnya penegak keadilan pekerja. Bagi rekan sesama, juga dirinya. Ia tak butuh waktu lama. Hatinya gencar atas dakwaan-dakwaan pengikutnya yang tidak setia. Bisa saja mereka menikamnya dari belakang. Bisa mereka membicarakan juga menertawakan sikapnya sebagai pemimpin yang gagal. Para pekerja punya tepat waktu untuk saling curhat.
Juga untuk berkumpul satu sama lain. Setelah Fiso rasanya mulai kewalahan menggenggam masa yang makin bertambah ini, ia dan tujuannya harus terpenuhi dari para pekerja ini.
"Sahaya tidak pandai dalam berhubungan organisasi, sebab sahaya kurang pandai dalam bergaul. Sahaya tidak pandai dalam memimpin, maka sahaya ikut sertakan kalian. Tidak ada perbekalan akan pergolakan. Namun tidak lain hanya ada satu jalan: berhenti bekerja."
Di tahun-tahun sebelumnya, banyak pekerja yang kehilangan harta bendanya, cintanya, uangnya. Sebab kebijakan pemerintah lebih mendominasi jalan pikiran mereka ketimbang pekerja rumah tangga juga diri. Fiso mengulik makin mendalam peristiwa-peristiwa sebelumnya. Yang ia jadikan pula evaluasi atau pemantiknya semula ketidakadilan para pengelola yang dirasa hanya menguntung pihak mereka sendiri. Banyak yang mengatakan bahwa alasannya untuk kebijakan perusahaan.
Barang yang dikatakan hanya sebatas tafsiran-tafsiran atau berita dari mulut ke mulut. Barang Fiso mengatakan gerakan ini hanya sebatas dorongan emosi sesaat. Namun tidak dengan para pekerja lain. Mereka mungkin bakal mengatakan tidak masuk akal, para pekerja membelot para pengelola. Sebab ia mencari nafkah dari sana. Dari para pengelola. Barang yang memberi mereka kehidupan Kemana? Dari pengelola, barang kemanusiaan telah mati bila dihadapkan soal kepentingan perut.
Banyak yang mengatakan penderitaan atasannya, belum tentu benar-benar ia berada di tempatnya langsung. Begitupun banyak persarikat-persarikatan di perkebunan belakangan. Itu pula memudahkan Fiso menggerakan orang-orang untuk mengerahkan lebih besar massa lagi. Bahwa yang bersangkutan haruslah diberi apa yang seharusnya. Hari itu, saat di mana pergerakan sangat menentukan, dan Fiso juga rekan-rekannya menghendaki mengadakan pertemuan di tempat biasa.
Juga Fiso yang mengundang mereka semua itu. Sebab apa-apa yang menjadi penahan para pekerja ada di balik pikiran juga tingkah mereka sendiri. Saat itu untuk anggota pekerja masih bekerja. Ia harus menunggu sampai siang. Dan mereka belum juga nampak. Seorang Ploegbass mengamati dari kejauhan. Semakin mendekat dan mendekat. Fiso juga rekannya tanpa perundingan meminta agar pertemuan diganti ke hari lain. Fiso memutuskan dengan tergesa-gesa, takut ia dan rekannya dipergoki.
Jenis perkumpulan itu haruslah menjadi suatu hal yang besar. Barang ia menghendaki pergolakan yang bukan hanya sekedar hadir dan hanya menjadi tempat curhatan. Ia menghendaki hal yang lain. Hal yang lebih besar.
"Bagaimana kalau kita buat persarikatan?" ketiga sahabat yang selalu kemana-mana bertiga ini membuka pembicaraan di tengah massa tengah harinya tanpa melakukan apa-apapun. Fiso merasa terbengkalai di tanah yang asing.
Terbuang dari tempat asalnya. Memakan semak rerumputan tetangga yang di mana tak sudi lagi menerima, barang untuk menjenguk pekarangan rumahnya. Para pekerja yang masih bekerja tak memedulikan mereka yang diberhenti. Hanya segelintir di antara mereka yang mau membelokan niatnya pada mereka. Fiso, Abidin, Moel dan Jadi. Moel dari tadi tak menampakan batang hidungnya. Begitu mereka bertiga berjalan menuju rumahnya untuk menengok.
Mereka sedang tengah jalan lalu diberhentikan barang sering mendengar dongeng yang terus dibesar-besarkan oleh para pekerja lain. Mendengar bahwa hidup sebatang kara sosok nyai yang telah lama ditinggalkan suaminya. Di tengah kebun, ia meninggali rumah belanda tuanya, tanpa adanya peran laki-laki di dalam rumah tetangga itu, ia jadi lebih beringas lagi. Tak mengenal barang rumpun adat asli wilayah itu. Ia dan pendirian wanita eropa jadi pedoman hidupnya.
Barang Fiso menghendaki wanita berkebaya merah. Sebab kedua temannya mengatakan Fiso lebih cocok dengan nyai itu. Sudah hampir setengah tahun nyai itu tinggal di sana dan belum juga ada seorang baik pribumi atau totok yang hendak menikahinya. Barang ia punya anak, namun ia hanya kelihatan sendiri saja. Pernah mendengar bahwa ada seorang singkeh yang berani coba masuk pada rumahnya ketika malam. Namun pekerja sekitar yang melihat kejadian itu hilang entah kemana.