Blurb
Ketika di kerumunan.
Pria itu memegang tangan Syilla dengan lembut. "Hei! Kamu kenapa sih?"
Astaga dragon. Ini nyata.
Deg! Glek! Syilla meneguk ludah.
Perasaan gila ini lagi. Sekuat apapun akal dan pikirannya ingin membenci Bintang, hatinya selalu didatangi hal gila ini. Jantungnya seakan sedang lari maraton, berdegup dengan sangat kencang. Seluruh tubuhnya memanas, bibirnya diam membisu. Entah berapa banyak komat-kamit yang sudah Syilla baca. Bibirnya memang diam, tapi hatinya masih bisa bicara.
Sejak tujuh tahun lalu Syilla selalu merasakan ini. Saat Bintang berada di hadapannya, menatapnya, atau buruknya seperti sekarang.