Pantas

bloomingssy
Chapter #3

Pantas - 3 | Memori Rose Wine

Syilla membuka pintu apartemen barunya. Sebuah koper besar dan juga berat digusurnya memasuki ruangan itu. Syilla merasa keputusannya untuk pergi dari rumah adalah keputusan yang tepat. Setelah ia bertengkar dengan ayahnya, dan itu pun entah ke berapa kalinya. Syilla tidak membenci ayahnya, hanya saja pemikiran ayahnya selalu membuat Syilla kesal seperti sekarang.

Pemikiran ayahnya yang primitif, dan selalu mempercayai orang. Bahkan setelah orang-orang itu menghancurkannya. Syilla tak ingin ayahnya, atau bahkan kehidupan Syilla kembali seperti di masa lalu. Buruk. Dan Syilla benci itu, ia berharap tak akan pernah merasakan hal itu lagi.

Drttt!! Drttt!!!

Eomma❤️ is calling...

"Halo," sapa Syilla kemudian menyandarkan punggungnya di sofa, letih.

"Syilla... kamu beneran gak bakalan pulang ke rumah lagi?"

"Kalo cuma pulang sesekali ya aku pulang Ma... " sebetulnya Syilla tidak ingin mengangkat panggilan ini jika bukan mamanya. Syilla butuh waktu untuk sendiri, setelah belakangan ini banyak masalah mulai mendekatinya.

"Syilla. Ayah cuma marah aja, kamu gak harus bener pergi dari rumah... lagian kenapa kamu gak turutin aja sih kemauan ayah... " ucap wanita itu membuat Syilla yang hampir tenang kembali tersulut emosi.

"Ma. Pertama, ayah nyuruh aku pergi tuh bukan tadi aja Ma... kedua, ayah selalu mau aku investasi ke temennya dengan iming-iming jodohin aku sama anaknya lah! Padahal udah berapa kali ayah ketipu? Aku gak masalah soal uang, aku gak mau kaya dulu lagi. Aku ngerasa seakan aku tuh gak punya harga diri, dijodohin sana-sini... " Syilla memijat dahinya yang merasakan pening begitu berat saat ini. Syilla muak dengan semua hal yang menimpanya.

"Bukan maksudnya gitu sayang... ayah gak maksud gitu Syil. Lagian kali ini Mama kenal dia kok, Rama baik Syilla. Kamu biarkan ayah investasi ya, mungkin ini yang terakhir Syil... " bujuk wanita itu membuat Syilla marah dan menjambak rambutnya sendiri.

"Mungkin? Aku udah bilang terserah. Tadi aku udah bilang sendiri konsekuensinya ke ayah. Aku cuma titip pesen, buat ayah. Tolong, coba kurangi sedikit simpatinya," ucap Syilla lalu melemparkan ponselnya ke tempat tidur.

Astaga. Ini benar-benar membuat Syilla gila. Tidak, mungkin ini akan membunuhnya secara perlahan. Atau mungkin secara brutal? Semua ini datang begitu bertubi-tubi dalam waktu yang juga begitu cepat!

Setelah ucapan Putri yang mengungkit masa lalu Syilla juga memutus benang merahnya. Kemudian setelah merasa patah karena itu, dirinya dikejutkan dengan tidur di sebuah kamar hotel yang kemungkinan bersama dengan Bintang. Setelah semua benar-benar mengganggu pikirannya, orang tuanya meminta ia meninggalkan rumah karena Syilla begitu keras kepala menolak perjodohan yang diminta.

What the hell?!

Untuk saat ini Syilla hanya bisa mengumpat dan merutuki dirinya sendiri. Syilla benci mengatakan ini. Tapi pada faktanya, Syilla memang tidak memiliki siapapun. Tidak untuk saat ini, ataupun nanti.

Syilla tak memiliki seorang pun teman yang ia percaya untuk bercerita. Tidak pernah ada kata friendship dalam hidup Syilla, melainkan kata friendshit lebih cocok untuk disebutkan. Mungkin ada satu, Bintang. Tapi apakah Syilla cukup berani untuk menampakkan diri di hadapan Bintang? Setelah kejadian semalam yang sepenuhnya tidak disadari Syilla, apa Syilla berani?

Syilla merebahkan tubuhnya di sofa. Sebelah tangannya ia letakkan di perut, dan yang lainnya bertumpu di atas kepalanya. Menghirup udara yang tercampur pengharum ruangan beraromaterapi sedikit menenangkan amarah dalam tubuh Syilla. Ia sudah merancang semua yang ada dalam apartemen ini sejak jauh-jauh hari. Apartemen yang biasanya Syilla gunakan untuk istirahat sejenak dari penatnya kehidupan, kini menjadi tempat tinggal Syilla sepenuhnya.

Mata Syilla berkeliling, melihat semua benda dalam rumahnya sekarang. Sampai akhirnya tertuju pada botol kosong yang ia bawa dari hotel tadi. Syilla menghampirinya yang berada di atas meja dapur, memikirkan untuk apa ia membawa-bawa sampah ini sampai sekarang?

Syilla membawa botol kosong itu ke tempat tidurnya, dan mengambil kembali ponsel yang telah ia lempar tadi.

10 Missed call from Bintang.

You have a new message. Read now?

Klik!

Just_bin : "Kamu di mana?"

Just_bin : "Maaf tadi aku pulang masih pagi, jadi gak bangunin kamu... "

Just_bin : "Kenapa teleponnya gak diangkat? Kamu marah?"

Brengsek! Jadi semalem dia beneran di sana?! Bodoh! Kenapa gue mesti minum sih kemaren?

Arsyilla_zara : "Èmma Kafé. Sekarang."

Syilla menarik rambutnya ke atas kemudian mengikatnya asal, tapi tetap terlihat manis. Menggenggam ponselnya dan membawa botol kosong itu juga bersamanya. Syilla pergi dengan memakai sendal jepit menuju Èmma Kafé, kafe yang bisa ditempuh cukup dengan berjalan kaki dari apartemennya.

Syilla melihat mobil Bintang baru saja berhenti di parkiran kafe. Sedangkan Syilla masih berada di ujung zebra cross menunggu lampu merah. Bintang memasuki kafe itu santai dan juga ramah pada semua orang di dalam, membagikan senyum simpul di wajahnya.

Astaga, demi apapun Syilla geram melihat itu. Bagaimana bisa Bintang bersikap seperti itu setelah membiarkan dirinya tidur bersama Syilla semalam?

Dengan cepat Syilla melangkahkan kakinya begitu lampu menyala merah. Syilla memasuki kafe klasik ini dengan tatapan nanar, sementara itu pelayan kafe dengan ramah menyapa Syilla.

"Halo. Selamat datang di Èmma Kafé."

Syilla tak memedulikan sapaan itu, dan berjalan lurus ke meja di tepi jendela. Dengan pria yang duduk dan menatap manis ke arahnya, dan sempat membuat Syilla lupa akan emosinya.

Tuk!

Botol kaca ini sengaja Syilla hentakkan ke meja. Bermaksud untuk menunjukkan apa yang ada dalam pikirannya.

"Kamu udah baikan?" tanya Bintang menatap Syilla dari ujung kepala hingga kaki.

Syilla mengambil tempat duduk di depan Bintang. "Kemarin. Apa yang udah kita lakuin? Jawab!"

Bintang tersentak. "Kemarin? Maksud kamu semalem?"

Lihat selengkapnya