Pantas

bloomingssy
Chapter #4

Pantas - 4 | Percaya

Ketika kita saling cemburu tanpa hubungan itu, cukup membuat aku pilu.

"Semalem kamu... " wajah Bintang bergeser menuju telinga Syilla.

"Iya kenapa?"

"Kamu... gila," sudut bibir Bintang semakin dekat dengan Syilla, hingga bisa Syilla rasakan itu menyentuh pipinya.

Astaga. Syilla rasanya akan meledak!

Syilla mengigit bibirnya, menahan kegelian yang sedang terjadi pada jantungnya. "Maksud kamu... "

Bintang mundur dari posisinya, "Kamu hampir aja bikin aku berdosa, gila kan?"

Syilla menangkupkan kedua tangannya menutupi wajah, tak percaya.

"Kamu gak usah bohong deh Bin. Aku yakin, aku gak ngelakuin apa-apa semalem."

"Yakin?"

Enggak juga sih, tapi masa iya? "Yakin! Seratus persen!"

"Terus kalo kamu sendiri yakin, kenapa dateng nemuin aku sekarang?" Matanya masuk, menusuk lebih dalam lagi daripada tatapan biasanya, membuat Syilla tak bisa berkata apa-apa.

Syilla merasa bodoh karena meminta pria itu untuk menemuinya. Kenapa mulutnya harus mengatakan hal lain saat hatinya sendiri berkata tidak? Syilla pikir ucapan pria itu benar, ia memang gila.

"Kenapa?" tanya Bintang melihat Syilla yang terdiam.

Syilla menyeruput latte di depannya. "Enggak. Aku... a–ku minta maaf, udah minta kamu dateng ke sini."

Meskipun memori Syilla tetap tak mau bekerja sama untuk mengingat kejadian malam itu, Syilla memilih untuk melupakannya walaupun memang sepertinya tak akan pernah bisa.

"Aku pulang. Makasih kopinya," ucap Syilla beranjak dari kursi, sebelum lengannya dihentikan Bintang.

"Tunggu," Bintang menggenggam tangan itu kuat tapi tak sakit.

Syilla tak ingin berbalik, tapi lagi-lagi tubuhnya berkata lain. Ia membalikkan tubuhnya, kembali menghadap Bintang.

"Biar aku anter."

Mungkin ucapan itu terdengar manis, jika Syilla tak pernah mendengar pembicaraan Putri dan jika Syilla tak berpikiran bahwa ia telah bermalam dengan Bintang.

"Gak usah, aku bisa sendiri," ucap Syilla lalu melepaskan pegangan kuat Bintang di lengannya.

"Ya ampun Syilla... kamu beneran marah sama aku? Come on Syil, just one night..."

Just one night? Marah? Masih mau nanya Bin?

Demi apapun, Syilla lebih geram sekarang. Matanya menatap Bintang nanar, meskipun hatinya benar-benar teriris oleh ucapan Bintang barusan. Hanya satu malam? Oh yang benar saja! Apakah dia akan tetap mengatakan itu jika Syilla dalam keadaan sadar tanpa alkohol?

"Kamu pikir aja sendiri. Aku mau pulang," Syilla kembali beranjak pergi, namun terhenti lagi karena kali ini bukan sekadar genggaman, Bintang menarik Syilla hingga tubuhnya terhuyung dan kini berada dalam dekapan hangat itu lagi.

Syilla mengingat hangat ini, sepertinya semalam ia juga merasakan hal yang sama. Namun hanya rasa itu yang ia ingat, tidak dengan yang lainnya.

Napasnya terengah, jantungnya tak bisa menahan lagi. Itu benar-benar meledak sekarang. Entah mimpi apa ia semalam, hingga membuatnya menempel seperti ini pada Bintang. Hingga ia bisa merasakan hembusan napas hangat beraroma mint, menemukan bayangannya di sepasang mata teduh yang tengah menatapnya, bahkan Syilla bisa merasakan jantung Bintang berdetak tepat di dadanya. Atau mungkin ini mimpi? Oh, tidak. Ini nyata.

"Lepas, aku mau pulang."

Syilla berusaha dengan sangat tenang untuk mengeluarkan kata-kata itu dari pita suaranya. Berusaha tidak gemetar maksudnya.

Tangan kirinya bersebelahan dengan sisi kanan wajah Bintang, masih digenggam kuat pria itu. Sepertinya ia tak akan membiarkan Syilla lari darinya. Bahkan tatapannya sekarang benar-benar mengunci Syilla. Rasanya memberontak pun tak akan pernah berhasil membuat Syilla lepas. Selain karena tatapan tajam itu, tangan Bintang yang lainnya kuat mengunci tubuh Syilla. Mendekap tubuh Syilla melingkari pinggangnya, menariknya semakin dekat hingga tak menyisakan jarak.

Hanya wajah yang masih sedikit berjarak, walaupun sangat tipis ini membuat Syilla terperangah karena tingginya yang berbeda dengan Bintang. Astaga, Syilla melihat Bintang sedekat ini. Memang pada faktanya Bintang benar-benar tampan! Rasanya jemari Syilla yang bersebelahan dengan wajah menggemaskan ini, ingin sekali bergerak menyentuh lembut rahang yang terlihat jelas dan tegas itu. Tunggu. Apa di saat seperti ini Syilla terpesona?

Tidak, dia memang memukau.

Keduanya masih bertatapan, tanpa memedulikan orang-orang di dalam kafe yang tengah melihatnya. Melihat kekonyolan yang baru pertama kali Syilla rasakan.

"Kalo mau pulang ya aku anter," ucapnya masih dengan niat yang sama tanpa memedulikan perasaan Syilla.

"Ih apaan sih Bin? Semua orang ngeliatin kita jadinya... lepas!" Syilla berusaha memberontak dari cengkraman kuat di lengannya walaupun memang berujung sia-sia.

Bintang melepas cengkramannya, lalu mendorong paksa wajah Syilla untuk jatuh di bahu kirinya.

"Gimana? Kamu udah cukup malu?" bisik Bintang memalingkan sedikit wajahnya agar bertepatan dengan telinga Syilla, membuat Syilla heran sekaligus kesal, karena ini lebih dari cukup untuk membuatnya malu. Semua orang dari sisi yang salah, pasti mengira kalau Bintang tengah menciumnya.

"Woy Mas, Mbak! Kalo mau pacaran jangan di sini dong! Kasian nih jomblo... " cibir seorang pria dari meja tengah.

Syilla tak bisa membiarkan ini, ia melepaskan diri begitu Bintang lengah kemudian menariknya keluar kafe.

"Malu kan?" kekeh Bintang.

"Kamu apa-apaan sih? Gak lucu tau! Maksud kamu apa malu-maluin gitu di dalem?" Syilla cemberut dengan tangan bersedekap.

Lihat selengkapnya