Andai kata serakah itu tidak ada, mungkin kata memilih juga tak pernah berguna.
Syilla tenggelam di balik selimut tebalnya. Kamarnya sudah dalam posisi gelap gulita, hanya cahaya layar ponsel yang masih setia. Ia tidak bisa melupakan ucapan Rama, bahwa pria itu akan meneleponnya.
Syilla juga tak habis pikir dengan dirinya sendiri, bagaimana rasanya menantikan sebuah panggilan karena ini pertama kalinya. Semudah itu ia tergoda oleh ucapan dan tatapan Rama. Walaupun dalam hatinya ia masih meyakini dirinya mencintai Bintang.
Saat memikirkan pria tampan itu mengeluarkan senyuman manis yang membuatnya menggila luar biasa, ponselnya bergetar. Untuk beberapa saat Syilla memandanginya tak percaya.
Drttt!! Drttt!!!
Rama is calling...
Ia tak menyangka pria itu menepati ucapannya.
"Lama banget ngangkatnya... "
"Maaf," Syilla mengigiti jarinya bukti tak percaya diri.
"Udah tidur? Aku telat ya?"
Ia melepaskan gigitannya cepat. "Belum! A-aku baru masuk kamar kok!"
Padahal sudah hampir setengah jam ia menantikan ponselnya bergetar di balik selimut.
"Aku pikir kamu gak bakal nungguin telepon dari aku... " terdengar jelas pria itu tertawa di sana. Oh ya ampun, rasanya Syilla benar-benar dipermalukan!
"Aku gak nunggu! Aku cuma masih belum ngantuk aja Ramaaa... "
"Oh ya? Kalo gitu aku temenin kamu bergadang mau?"
Tapi ini udah hampir tengah malem, udah ngantuk jugaaa sebenernya! Tapi masih pengen denger suara kamuuu!
"Aku besok ada meeting pagi, jadi kamu bergadang sendirian aja ya... hehe... " lagi-lagi Syilla berbohong.
"Hm meeting pagi ya... aku cancel aja deh bergadangnya."
"Loh kenapa?"
"Gak asik! Entar ditemenin hantu, bukan kamu."
Otomatis pipi Syilla memerah mendengar perkataan gombal Rama, yang tak pernah ia sangka.
"Apa sih alay!"
"Ih bener juga, kalo gak percaya ya udah."
"Ya udah."
"Makan siang aku jemput, mau aku kirim bunga dulu gak?"
Oh, astaga. Benarkah?
"Hah? Kamu ngajak aku makan siang?"
"Iya, gak bisa ya? Kalo malem gimana, bisa?"
Tangan kirinya memegang dada, berusaha menenangkan debaran yang mulai mendatanginya lagi. "Bisa! Aku bisa, makan siang sama kamu."
Entah sejak kapan Syilla jadi bersemangat seperti ini, jika hal itu berkaitan dengan Rama.
"Mau aku kirim bunga dulu?"
Apaan sih, gak usah! Alay banget tolong...
"Terserah kamu aja."
"Oh, oke. Udah malem, kamu udah ngantuk?"
"Kamu ngantuk?"
"Enggak, tapi kamu harus ngantuk sekarang aja... "
"Kenapa? Matiin aja teleponnya kalo gitu... " Syilla berusaha mengucapkan itu dengan perlahan, berlainan dengan emosinya.
"Besok katanya ada meeting... gimana sih?"
"Oh, iya. Ya udah, aku ngantuk sekarang... "
"Selamat tidur... cantik, selamat bertemu besok, selamat mimpiin Rama... "
Astaga, Syilla tak akan pernah bisa tidur jika seperti ini!
"Ram... "
"Kamu gak ngucapin selamat tidur buat aku juga?"
"Selamat tidur... Rama."
***
Syilla membenamkan kepalanya di bantal, menyelimuti seluruh tubuhnya yang enggan bergerak. Ia menutupi wajahnya dengan telapak tangan, membayangkan apalagi ucapan manis Rama hari ini. Bagaimana ia menahan debarannya, serta bagaimana ia kuat menatap pesonanya.