~Written In The Stars - Wendy × John Legend~
"Yang Mulia, hamba lelah... " Bintang menyandarkan tubuhnya di pohon besar tepi jalan. Napasnya terengah, serta kaus putih yang sudah dibasahi keringat. Sebagian bercucuran dari rambutnya mengenai dahi. Pria itu mengibaskannya beberapa kali. Membuatnya tampak memukau di mata Syilla.
"Sa-ma... hh-hh... " Syilla ikut merebahkan tubuhnya bersebelahan dengan pria itu. Batang pohon ini memang sangat besar, daunnya memayungi dari teriknya sinar matahari. Memberikan udara sejuk pada keduanya.
"Jam be-rapa... sekarang?"
Pria itu menilik jam tangannya. "Jam sebelas, pantesan panas."
"Kita lari jauh banget, ya?" Syilla melirik sekeliling, jalanan sepi tanpa bangunan. Hanya ada satu-dua orang pejalan kaki, dan sebuah gerobak es krim itupun di ujung jalan, jauh dari tempat Syilla dan Bintang sekarang.
"Entah, kayanya sih."
Syilla meluruskan kedua kakinya, guna menghilangkan lelah. Menyandarkan kepalanya di pohon itu.
Sialnya, tidak semudah itu untuk istirahat.
"Aku capek, mau tidur sebentar... nanti bangunin ya..." Bintang bergerak, kepalanya sengaja ia letakkan di atas paha wanita itu.
Dalam dua detik, ia memejamkan matanya. Tanpa sempat mendengar ocehan Syilla yang ingin menyingkirkannya.
Padahal baru saja wanita itu ingin menghentikan debarannya karena lelah berolahraga, tapi Bintang. Pria itu bahkan membuatnya sulit bernapas sekarang. Matanya terpejam di pangkuan Syilla, hingga menyerap habis energi dalam tubuh wanita itu.
Shit! Apa-apaan dia?!
Syilla berani bertaruh, kalau wajah itu tetap terlihat manis. Sebanyak apa pun umpatan yang diucapkan dalam hatinya, tidak melemahkan jemarinya yang mulai menyentuh pucuk kepala pria di pangkuannya. Ia mengusapnya lembut, meneliti setiap inci dari wajah pria itu. Memang tidak mengembalikan energi tadi, tapi lebih dari kata cukup untuk memuaskan Syilla.
Telunjuknya sampai di atas bibir merah muda Bintang, mengingatkannya pada mimpi gila dua minggu lalu. Jikalau Syilla sedang dirasuki arwah, entah seberani apa arwah itu. Wajahnya menunduk mendekati bibir yang sejak tadi menggilainya, seolah akan menyatukan bibirnya dengan pria itu. Rasa takut dan berdebar pun, seketika pergi. Membuatnya tampak berani. Entah apa yang akan Syilla katakan, jika saja mata itu terbuka sekarang.
Syilla bersumpah, apa pun alasannya nanti, ia tidak peduli untuk saat ini. Otaknya tergerak untuk semakin mendekat, menghalau cahaya matahari yang menyinari. Jarinya masih mengusap halus bibir serta rahang tegas milik Bintang.
Bodohnya, Syilla kalah cepat mencuri bibir itu.
"Whoy! Wawu awpha kawmhu?!" Bintang menggigit telunjuk yang tadi menyentuh bibirnya.
Syilla membelalak, membuktikan dengan sangat jelas kalau ia tertangkap basah. "Lepas! Aaawwwh! Sakit... cepetan lepas gak?!"
Bukan meringis kesakitan sebenarnya, lebih pada bagaimana ia menggunakan waktu itu untuk mencari alasan.
"Bintang... " rengeknya masih memutar otak.
Pria itu melepaskan gigitannya, tapi masih di posisi yang sama. "Ngapain kamu tadi? Pegang-pegang segala... serem tau! Kamu gak liat di sini sepi?"
"Ka-kamu, dari tadi gak tidur?" Syilla mengalihkan pandangannya pada gerobak es krim di ujung jalan.
Bintang menyilangkan tangannya di dada, masih menatap Syilla yang berusaha melarikan diri. "Kamu pikir aku bisa tidur, kalo dicolek-colek kaya gitu?"
"Ya-ya... eng-enggak ju-ga sih," ucapnya tergagap.
"Ta-ta-pi, a-ku gak colek-colek kamu!" seru Syilla masih terbata-bata.
"Oh ya? Terus tadi ngapain?"
"A-aku... "
"Aku apa? Liat sini dong! Bukannya liatin tukang es mulu... "
"A-aku nyari handphone kamu!" sahut Syilla cepat, melirik Bintang dengan wajah kikuk.
"Handphone aku di sini sayaaaanggg," pria itu mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Uwawuwaww! Sayang?! Udahlah gemes fix!
Syilla merebut ponsel itu segera. "Earphone? Mana?"
Bintang merogoh saku sebelahnya lagi. "Aku lagi baik hati, awas aja lain kali... aku gak akan biarin kamu lolos!"
Ia memasang earphone itu di telinga, setelah sebelumnya dicolokkan ke ponsel pria itu. Syilla membuka layar ponsel dengan sandi yang masih sama, sejak pertama kali ia mengenal Bintang. Memutar sebuah lagu kesukaannya dan juga pria itu.
Bintang bangun dari posisinya, menarik sebelah earphone itu, memasangnya di telinga kiri. Membiarkan pipinya bersentuhan dengan pipi Syilla. "Kita lari sampe mana sih?"
"Gak tau."
Seems like we've been here before
Your eyes are seeing straight right through my core
It's kinda strange, but I like it
Ain't no reason tryna' fight it, yeah
Might be Déjà vu
First time we met, but I remembered you
We were creepin' in the night time
Maybe in another lifetime
Don't tell me you don't feel what I feel right now