Pantas

bloomingssy
Chapter #14

Pantas - 14 | Heartbeat

Bintang beralih menggenggam lengan kecil itu. Menatapnya dalam, penuh kejutan. "Aku harus pergi, Syilla."

"Jangan marah... " kali ini bukan hanya sayup, mata itu hampir meneteskan airnya.

Pria itu memajukan tubuhnya, menunduk guna menatap mata yang hampir basah. Menyelusup masuk ke bagian dalam saraf-saraf yang mengatur mata itu bergerak, memutuskan semuanya. Syilla tidak berkedip sedikit pun, selain karena hawa dingin tadi yang membuatnya beku, akalnya hanyut dalam euforia menatap tampannya wajah Bintang.

Setelah beberapa detik berhasil menenggelamkan wanita itu dalam tatapannya, ia beringsut maju lebih dekat lagi. Mengecup kilat bibir merah muda milik Syilla. Jiwa yang tenggelam tadi kembali bergetar karenanya.

Syilla mematung luar biasa, tentunya. Kecupan yang terlalu cepat, tapi cukup dinikmatinya.

Jangan tanya seberapa besar Syilla ingin berteriak, tolong jangan.

Bintang bergeser menuju telinga wanita itu. "Nanti malem aku pulang, jangan tidur duluan... " bisiknya membulatkan mata Syilla lebih lebar lagi.

Cup. Satu kecupan Bintang tinggalkan lagi, tepat di pipi yang sebelumnya saja telah terbakar habis. "Aku pergi dulu."

Matanya masih tak henti menatap punggung yang berlalu pergi, hingga kemudian pintu besi itu melahapnya, hilang. Bagaimanapun juga, ini terlalu mengejutkan wanita itu. Syilla tidak bisa memercayai ini, bahkan sedikit saja ia tidak bisa memercayainya.

Apakah ini mimpi seperti waktu itu lagi? Tidak, tentu saja. Syilla sadar jikalau dirinya cukup waras untuk merasakan sentuhan di bibir dan pipinya tadi.

Ia menyentuh bibirnya, menepuk-nepuk pipi yang masih terasa panas. Matanya terbuka lebar, masih tidak memercayai apa yang terjadi lima menit lalu.

Syilla membuka pintu kulkasnya, mengambil sebotol air es dari sana, meminum habis isinya. Menenangkan jiwa yang memanas dalam tubuhnya yang beku. Ia memegang kembali bibirnya lagi, masih belum bisa memercayai ini. Apalagi jika ditambah dengan ucapan Bintang setelah itu.

Tidak. Ini gila. Bagaimana bisa? Kenapa? Apa selama ini cintanya tidak bertepuk sebelah tangan? Syilla memikirkan itu semua.

Oh, ya Tuhan. Demi apapun, Syilla tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

Arsyilla_zara : "Yang tadi–"

Syilla menghentikan gerakan jemarinya di atas layar ponsel. Menghapus kembali pesan yang sudah ia ketik dan hampir saja terkirim.

Yang tadi itu apa?

***

"Kamu udah tidur?"

"Belum," ucapnya sedikit bergetar dan menggigit jari.

"Aku seneng kamu tadi angkat teleponnya gercep..."

Oh, ayolah. Syilla tidak bisa berhenti memikirkan ucapan pria itu sebelum pergi tadi.

"Syilla?" tanya si penelepon mengejutkan Syilla.

"Oh. Iya, Ram?"

"Cantik, kamu udah ngantuk?"

Syilla tidak akan pernah bisa tidur, sepertinya.

"A–aku cuma lagi mikirin sesuatu aja... "

"Pasti lagi mikirin Pangeran Rama, iya kan?"

Wanita itu terkekeh mendengarnya. Tentu saja bukan kamu, Rama.

"Loh, kenapa ketawa? Pasti bener, kan?"

"Gak tau ah!" Syilla terlalu malas menanggapi Rama yang terlalu percaya diri.

"Eh kok gitu sih... udah tengah malem, kamu beneran belum ngantuk?"

"Kamu ngantuk?"

"Enggak! Kata siapa? Aku tuh takut kamu besok kesiangan atau gimanaaa gitu, Syilla..."

"Astaga Rama... aku emang belum ngantuk, kamu boleh tidur duluan kok!" Sejujurnya ia mengatakan itu agar Rama bisa mematikan teleponnya. Selain karena tak tahu apa yang harus dibicarakan lagi, juga karena tangannya sudah cukup pegal memegang ponsel terlalu lama.

"Enggak! Aku gak bisa tinggalin Tuan Putri gitu aja dong!"

"Aku gak akan kenapa-napa, Rama."

Lihat selengkapnya