Blurb
Silvi, seorang gadis remaja yang diasuh sepasang saudara kembar bernama Calvin dan Adica. Orang tua kandung Silvi telah meninggal sejak ia berumur tiga bulan. Calvin dan Adica, yang masih terhitung sepupu jauh orang tuanya, mendapat amanah untuk membesarkan Silvi. Jadilah Silvi hidup bersama sepasang ayah kembar super tampan.
Adica dipanggil Papa, sedangkan Calvin dipanggil Ayah. Penyebutan itu sesuai dengan karakter mereka. Sebutan Papa lebih terkesan maskulin, modern, dan dinamis. Sedangkan Ayah lebih mengesankan image kalem, lembut, dan romantis.
Mulanya, Silvi sangat mengagumi Adica. Adica adalah Papa yang sangat hebat di matanya. Jabatan sang Papa sebagai direktur membuat Silvi kagum. Terlebih, Adica menyiapkan Silvi sebagai pewarisnya. Meski dikagumi dan selalu dicari-cari anaknya, Adica lebih suka tenggelam dalam kesibukan kerja ketimbang bercengkerama dengan Silvi.
Bukannya bersama Adica, Silvi justru lebih sering ditemani Calvin. Dalam pandangan Silvi, Calvin sosok ayah yang tidak banyak gunanya. Calvin tak sperti ayah kebanyakan yang pergi ke kantor di pagi hari dan pulang di senja hari. Sang ayah lebih banyak di rumah, memasakkannya sarapan, mengantarkannya saat kegiatan LKO (Latihan Kepemimpinan OSIS), dan memberinya sebuket bunga lily yang ia suka.
Makin lama, Silvi menyadari banyak kelebihan yang dimiliki Calvin. Silvi baru tahu kalau Calvin penulis buku bestseller sekaligus komisaris utama perusahaan retail. Alasan Calvin lebih banyak di rumah pun terungkap. Calvin, yang bukan perokok aktif, ternyata mengidap kanker paru-paru. Sakitnya Calvin disebabkan karena ia lama bekerja di lingkungan perokok aktif.
Masa pengkaderan pengurus OSIS tiba. Silvi menjadi bagian dari pengurus OSIS yang terpilih. Selama masa itu, ia jatuh cinta dengan pembina OSIS di sekolahnya yakni Frater Gabriel. Cinta Silvi bertepuk sebelah tangan. Frater Gabriel tak mau memperjuangkannya dan lebih memilih jalan panggilan sebagai pelayan Tuhan.
Silvi sedih dan patah hati. Kesedihannya bercampur rasa bersalah ketika ia tahu bahwa Calvinlah yang membalas e-mail yang rutin dikirimkannya untuk Frater Gabriel. Calvin melakukan apa pun agar Silvi bahagia.