PAPAN CARNEADES

krkawuryan
Chapter #2

Kau Puas Tuhan?

Malam itu hujan, cukup deras, agak berangin dan bergemuruh. Suasana begitu mendukung untuk sebuah tragedi yang sedang terjadi di sebuah rumah di Kawasan pinggiran Telluride, kota kecil yang mengaku bisa membawamu berdansa dengan bulan dan terbang menyusuri awan, berdamai dengan keindahan dasar ngarai dengan pegunungan di batas kotanya. Namun sayang, malam ini pengakuan indah itu agak tercemar.

Adalah Bill, si pria biasa-biasa saja, yang sehari-hari bekerja sebagai manajer supermarket lokal yang hanya berjarak tiga blok dari rumahnya. Perangainya sederhana, berkacamata, rambut semi botak, tubuh agak buncit selayaknya bapak beranak tiga. Hari-harinya tak jauh dari berangkat kerja pukul delapan, mencium anaknya yang paling kecil, mengantar dua anak kembarnya ke sekolah, lalu pulang ke rumah sebelum makan malam.

Namun malam ini agak lain. Bill pulang dengan gegas, berlari dari kantornya menuju rumah, dan langsung menuju dapur untuk mengambil pisau.

Ia mengamati sejenak, entah apa yang diamati, menerawang dapur yang sudah ia tempati belasan tahun, sembari berulang memperhatikan jam tangannya. Lalu, dengan satu helaan napas, menyerang anaknya yang paling kecil, yang sedang duduk manis di atas meja makan menikmati pancake maple syrup yang merupakan ritual sebelum makan malamnya.

Serangan pertama gagal, Reni si ibu dengan sigap mengambil si anak sebelum pisau mendarat di tubuhnya, namun Reni terkena sayatan di punggungnya, ia gemetar luar biasa. Air mata belum sempat keluar, otak dan tubuh sulit mencerna, kejadiannya begitu cepat karena kurang lebih sekitar satu menit lalu Reni sedang menceritakan rencana liburan mereka di libur musim panas di dapur ini.

Bill gemetar melihat istrinya bermandi darah di bagian punggung. Ia melempar pisau, tremor dan mundur beberapa langkah. Sorot matanya berteriak, what I’ve done, what’ive done, what I,ve done. Namun bunyi alarm dari jam tangannya, bip bip bip bip, memecah kesadarannya lagi.

Bill bergegas ke rak penyimpanan makanan di atas, merogoh sesuatu di atas sana.

Reni yang paham suaminya akan mengambil apa di atas sana melesat keluar dan mengunci pintu dapur dari luar.

"Lari ke atas! Kunci pintunya! CEPAT!" Teriaknya ke Angel, si bungsu yang menjadi target ayahnya. Kedua kakak kembarnya hanya termangu memperhatikan dari atas tangga. Ada apa gerangan. Mengapa adiknya berlari ke atas dan ibunya menahan pintu dapur dengan darah bersimbah, air mata mengucur dan kengerian terbayang di wajah.

Bill sang suami sudah tak tertahan lagi. Dengan pistol di tangannya ia menendang-nendang pintu di hadapannya, menghempaskan tubuhnya berulang-ulang. Reni kewalahan.

Selalu ada perbedaan kekuatan antara pria dan wanita, apalagi yang dihadapinya adalah seorang suami yang dalam keadaan sadar tanpa alkohol, sadar dan berniat membunuh seperti diburu waktu, serupa dikejar harimau.

Tak sampai sepuluh menit, pada serangan terakhir, pintu itu terhempas bersama dengan tubuh Reni. Ia mematung melihat Bill, yang entah mengapa malam ini serupa iblis bertanduk. M

Napas bill memburu, ia memindai seisi rumah, mencari si anak. Keringat bercucuran, tangannya gemetar, wajahnya……tidak, wajahnya tidak mewakili terror sama sekali. Bill justru terlihat sangat ketakutan. Suami istri ini mendedahkan rasa takut yang sama.

Lihat selengkapnya