Niscala bangun cepat pagi itu, dia ada syuting pagi ini dan mungkin akan pulang malam, itulah kenapa dia sibuk membuat memo sepagi itu untuk mengingatkan gadis manis yang masih terlelap di kamarnya. Tak lupa dia juga membuat sarapan untuk mereka berdua yang walaupun sederhana setidaknya itulah sarapan terbaik yang bisa di buat. Setelah semuanya selesai, dia bermaksud ke kamar Vianni untuk membangunkannya tapi nyatanya saat dia memasuki kamar itu dia hanya terus memandang Vianni yang tertidur lelap, tidak tega membangunkannya.
Badan Vianni bergerak dan dia mulai membuka matanya malah memandang bingung ke Niscala, “Kamu siapa?” Pertanyaan itu awalnya mengagetkan Niscala tapi akhirnya Niscala mengerti.
Dia begerak mengambil buku harian Vianni, “Jawaban tentang siapa aku ada di buku diary ini, kamu baca saja. Aku tinggal mandi dulu, nanti kalau kamu sudah ingat langsung saja ke dapur, aku udah siapin sarapan.” Niscala mengelus kepala Vianni yang masih menatapnya bingung.
Setelah membaca semua tulisan yang dia buat sendiri ingatan Vianni kembali, dia sedikit merasa bersalah karena telah melupakan Niscala seperti itu. Dia langsung ke meja makan seperti yang disuruhkan Niscala, sudah tersedia sarapan bikinan Niscala. Vianni mengambil sedikit makanan itu untuk dirasanya dan ternyata makanan itu agak sedikit asin bagi Vianni.
“Bagaimana? Maafkan aku kalau rasanya tidak enak.” Niscala ternyata sudah berdiri dibelakangnya memakai pakaian casual yang menanbah ketampanannya, setidaknya begitu di mata Vianni.
Niscala menggaruk kepalanya malu, dia tersenyum yang memperlihatkan lesung pipinya membuat Vianni tambah gemas, “Kamu mau pergi?” Vianni tidak mau membahas makanan itu, Niscala sudah berusaha membuatnya dan dia harus menghargainya.
“Ah iya, aku ada kerjaan dan mungkin sampai larut malam jadi kamu tidak usah menungguku langsung tidur saja kalau sudah ngantuk.” Vianni mengangguk mengerti kemudian lanjut memakan sarapan itu. Niscala juga ikut makan bersamanya dan sesekali tertawa kikuk ke Vianni karena sadar makanan yang dia buat keasinan.
Suara bel membuat acara makan Vianni dan Niscala terhenti, Niscala menuju pintu, dia yakin itu Jasmine yang menjemputnya. Anehnya Vianni masih terus bersembunyi di belakangnya padahal seingatnya dia sudah memberitahukan Vianni untuk tidak takut dengan tamu-tamunya, “Kamu udah siap-siap kan, kita harus berangkat sekarang sebelum terlambat.” Jasmine masuk dengan memperlihatkan wajah masamnya, sangat aneh sepagi itu wajahnya sudah masam.
“Iya aku sudah siap, kita bicarakan schedulenya di mobil saja.” Wajah masam Jasmine menangkap Vianni yang berada di belakang Niscala terus menarik kaos Niscala.
“Dia nggak bakalan ikut dengan kita, kan?” Niscala berbalik ke Vianni, merasa heran dengan tatapan bingung Vianni ketika melihat Jasmine. Seharusnya kalau Vianni sudah mengingat Niscala maka dia juga ingat dengan Jasmine atau jangan-jangan dia tidak menuliskan tentang Jasmine di buku diary nya?
“Kamu duluan saja ke mobil, masih ada yang mau aku ingatkan ke Vianni.” Wajah Jasmine semakin masam, dia sangat benci menunggu.
Sepeninggal Jasmine, Niscala langsung bicara serius ke Vianni, “Vianni, dia Jasmine, manajer sekaligus sahabat dekatku, dia sangat baik dan akan membantumu apabila ada kesulitan. Jadi setelah ini kau harus mencatat namanya dan mulai mengingat tentang dia, okey.”
“Niscala …” Vianni kembali menarik tangan Niscala membuat Niscala harus menatapnya lagi.