Alarm HP Vianni berbunyi, alarm yang dia pasang sebagai pengingat agar dirinya bisa bangun pagi untuk mempersiapkan sarapan Niscala dan juga sebagai pengingat agar dia membaca diary-nya lebih dahulu sebelum memulai aktivitasnya. Setelah selesai membaca diary-nya, Vianni sudah siap dengan segala aktivitas dan rencananya hari ini termasuk dia yang tidak sabar untuk memasakkan sarapan buat Niscala.
“Kamu sudah bangun?” Suara itu hampir membuat Vianni memecahkan piring saking kagetnya.
Vianni memandang bingung ke lelaki itu begitu pun juga dengan lelaki itu yang tidak kalah bingungnya, “Wow tenang, kita kan sudah bertemu semalam jadi seharusnya kamu sudah terbiasa dengan keberadaanku di sini.” Vianni semakin bingung, kalau mereka sudah bertemu semalam lalu kenapa nama lelaki ini sepertinya tidak ada di buku harian Vianni?
“Niscala …” Itu adalah pertanyaan sekaligus panggilan pertolongan dari Vianni karena tidak melihat wujud Niscala di apartemen itu.
“Niscala keluar lari pagi, sebentar lagi dia pasti kembali.” Laki-laki itu menatap intens Vianni yang masih ragu dengannya.
Dia mulai sadar kalau ada yang tidak beres dengan Vianni, “Okey aku tinggal kamu dulu, lanjutin aja kegiatannya. Aku ada di ruang nonton nungguin Niscala, kalau ada apa-apa jangan segan-segan minta tolong sama aku.” Kesungguhan di mata laki-laki itu membuat Vianni sedikit lebih rileks, dia menganggukkan kepalanya.
Sekitar satu jam Niscala selesai dari aktivitas lari paginya, dia mendapati kakaknya yang tengah bersantai di ruang menonton, “Kak Conan, kau sudah memasak? Aku sudah lapar sekali.” Kakaknya menggeleng.
“Bukan aku yang memasak tapi putri pelupamu itu,” jawab Conan agak kesal.
“Ah benarkah?! Jadi Vianni sudah bangun?” Niscala ingin buru-buru mengecek Vianni.
“Eh tunggu dulu! Berikan aku penjelasan selengkap-lengkapnya tentang dia! Aku sangat bingung dengan tingkahya pagi ini, dia seperti tidak pernah melihatku padahal kita sudah berkenalan semalam.” Niscala tersenyum mendengar penuturan kakaknya.
“Jadi kau sudah merasakan keajaiban itu pagi ini? Kalau dia tidak mengingatmu berarti dia belum sempat menuliskan namamu di diary-nya atau dia sudah menulis diary terlebih dahulu lalu kau datang. Menurut dokter, Vianni mengidap Amnesia Retrogade di mana dia tidak dapat mengingat kejadian yang baru. Uniknya, dia akan melupakan kejadian itu sehari setelah semuanya berlalu. Kejadian masa lalu yang dia ingat hanya namanya, dia lupa dengan keluarganya dan hal penting lainnya. Itulah kenapa aku membawanya ke sini karena aku merasa kasihan dan merasa bertanggung jawab padanya.” Conan sangat prihatin dengan nasib Vianni, pantas saja saat pertama kali melihatnya dia sangat ketakutan seperti itu.
“Memangnya apa yang terjadi sampai kamu bisa bertemu dan bertanggung jawab sama dia?” tanya Conan lagi.
“Aku dalam perjalan pulang dari perayaan kemenangan laguku di awards dan aku akui aku sedikit mabuk. Aku benar-benar nggak sengaja nabrak Vianni dan karena itu aku merasa bertanggung jawab padanya. Walau sebenarnya dokter sudah bilang sama aku kalau amnesia yang diderita Vianni bukan karena penyebab tabrakan itu tapi tetap saja itu menimbulkan trauma yang mungkin memperburuk keadaannya,” jelas Niscala panjang lebar dibalas anggukan oleh Conan.
“Jasmine sudah sangat marah karena aku mambawa Vianni ke sini karena takut dengan karir aku yang bakalan terancam tapi aku nggak bisa ninggalin Vianni dalam keadaan seperti itu, maafkan aku.” Niscala menundukkan kepalanya, selintas Conan tahu kalau Niscala merasa sangat bersalah, dia sangat mengenali adiknya itu.
“Kenapa harus minta maaf sih, keputusan kamu untuk membawa Vianni ke sini itu sudah tepat jadi jangan merasa bersalah lagi. Masalah karirmu nanti kita pikirkan bersama bagaimana cara menjauhkan Vianni dari kerumunan fans dan media.” Conan menepuk pundak Niscala untuk memberikannya semangat.
***
Mereka makan dengan khidmat, masakan Vianni sangat enak sampai Conan memuji masakannya. Vianni akhirnya bisa tertawa lepas dengan lelaki itu walau masih sedikit bingung dengan identitasnya. Setelah selesai makan Vianni merapikan piring kotor di meja dan bersiap mencucinya, “Vianni, ada yang mau aku bicarakan sama kamu.” Vianni duduk disamping Niscala setelah mengikuti permintaannya.
“Vianni, ini adalah kakakku, Conan Apuila Ivander, panggil saja Conan. Semalam kalian sudah bertemu tapi mungkin kamu lupa menuliskannya di buku harianmu. Sebentar kau ada jadwal check up dengan doktermu tapi mungkin aku tidak menemanimu karena aku ada kegiatan syuting jadi kalau kak Conan yang menemanimu tidak masalah, kan? Aku janji bakal jemput kamu pulang nanti setelah dari syuting.” Vianni mengiyakan, menurutnya segala permintaan Niscala harus dia ikuti sebagai bukti rasa terima kasihnya ke Niscala.
“Tenang saja Vianni, aku juga adalah seorang dokter di rumah sakit yang sama dengan rumah sakit yang mau kau kunjungi hari ini. Aku bisa mengerti kalau kau sedang tidak baik-baik saja jadi kau aman bersamaku dan Niscala pasti lebih lega kalau kau pergi bersamaku.” Vianni menatap yakin lelaki dihadapannya ini, dia sangat mirip dengan Niscala walau tetap saja senyumannya tidak bisa disamakan, dia tidak punya lesung pipi seperti Niscala.