Paper Mind

Rezky Armitasari
Chapter #4

Awal Benang Kusut

Vianni berjalan keluar dari kamarnya, setelah mengingat semua orang lewat buku hariannya dia mulai siap mengingat hal baru lagi. Terdengar suara ribut-ribut dari dapur dan ternyata sudah ada kak Conan di sana yang sibuk memasak sarapan, “Aku bantu yah kak.” Conan menatap heran ke Vianni.

“Kamu ingat dengan aku, Vianni? Padahal aku sudah bersiap untuk mengingatkanmu lagi tentang aku.” Vianni tersenyum.

“Aku sudah menyimpanmu di diary-ku kak.” Mereka berdua tertawa.

Sambil membantu Conan memasak, mata Vianni terlihat mencari seseorang, “Niscala pergi lari pagi lagi kak?”

“Oh tidak, dia sedang siap-siap untuk syuting acara musik pagi ini. Kau harus menonton pertunjukkannya nanti, yah.” Vianni menegakkan kepalanya heran, setau Vianni yang ditulis di diary-nya Niscala adalah seorang artis bukan seorang penyanyi.

“Aku pikir aku sudah tahu lebih banyak tentang dia ternyata masih lebih banyak lagi yang harus aku tuliskan hanya tentang dia.” Conan menatap Vianni sedih, adeknya pasti terlalu sibuk sampai dia belum bercerita banyak mengenai dirinya ke Vianni.

“Niscala itu anak yang sangat bertalenta, dia dari kecil sangat pintar bahkan kepintarannya mengalahkanku sampai kadang aku bingung sendiri kenapa bukan dia saja yang menjadi dokter. Sampai akhirnya aku sadar sendiri kalau passion Niscala itu adalah seni, seni adalah hidupnya termasuk musik. Dia itu adalah penyanyi sekaligus penulis lagu, itulah profesi dia yang sebenarnya. Masalah akting itu hanya nilai tambah saja buat dia walau kadangkala aku geli sendiri melihat dia berakting,” cerita Conan sukses membuat Vianni tertawa kecil lagi.

“Aku pikir kalian akan terus menggosipiku kalau aku tidak muncul-muncul dihadapan kalian.” Suara khas Niscala dari belakang Vianni membuat Vianni diam membeku.

Niscala duduk di meja bar depan dapur dan menatap Vianni yang terdiam memperhatikannya, Vianni sudah seperti maling ayam yang tertangkap, “Jangan terlalu sering memasang wajah bingungmu, itu membuatku sangat gemas.” Senyum hangat Niscala nyatanya lebih berhasil menenangkan hati Vianni. Kemudian Niscala kembali menyibukkan diri dengan menyendok makanan yang sudah disediakan oleh Vianni dan Conan.

“Bagaimana saranku semalam, apakah sebaiknya begitu saja?” Conan menatap Niscala yang sepertinya ingin menyudahi makanannya dengan tergesa-gesa.

“Aku tidak bisa meninggalkan Vianni di sana, aku tidak mau berhutang apa-apa dengan orang itu,” putus Niscala.

“Lalu kamu mau membiarkan Vianni beristirahat di ruanganku dengan badan sakit seperti itu terus-menerus?! Kamu lebih sering pulang malam Niscala dan dalam keadaan seperti kemarin memang lebih baik kalau Vianni dititipkan di sana dulu, tolong buanglah sedikit rasa egoismu demi Vianni.” Niscala menatap Vianni yang bingung.

“Hari ini kamu harus berkunjung rumah sakit lagi untuk CT scan kepalamu atas rekomendasi dari doktermu tapi maaf aku lagi-lagi tidak bisa menemanimu.” Vianni tersenyum ke Niscala menenangkannya.

“Aku tidak masalah Niscala, aku tau pekerjaanmu sangat penting dan aku tidak mau menganggunya. Aku di sana ada dokter yang baik dan juga ada kak Conan yang akan menemaniku. Aku janji bakalan tungguin kamu di ruangan kak Conan seperti kemarin.” Mendengar itu seperti ada yang mencambuk hati Niscala.

Niscala menatap Conan yang juga menatapnya, “Okey, aku nggak maasalah kalau kamu mau titipin dia di tempat orang itu tapi aku tidak bisa jemput dia di sana. Kalau aku belum pulang sampai agak malam, tolong kak Conan yang jemput dia. Aku juga ada acara musik nanti sore dan berduet dengan Puspamaya, itu lagu terbaruku jadi kalian juga harus menontonnya, yah.” Mata Vianni terbelalak, dia berharap dia salah dengar ucapan Niscala.

“Kau akan duet dengan siapa?” Vianni menanyakan lagi dengan suara yang lebih kecil.

Conan ternyata menangkap gelagat aneh Vianni saat mendengar nama Puspamaya, “Oh namanya Puspamaya, dia adalah teman duetku, aku akan mengenalkannya padamu lain hari jika ada waktu. Kalau begitu aku pergi dulu yah, Jasmine sudah menungguku dibawah.” Saat akan beranjak pergi tiba-tiba Vianni menahan Niscala.

“Niscala …” Niscala berbalik dan menatap Vianni sementara Conan memperhatikan semuanya dalam diam.

Vianni yang sadar akan perbuatannya langsung melepaskan genggangamannya, “Semangat kerjanya …” Niscala hanya membalas dengan senyum dimple menawannya. Sepeninggal Niscala, Conan terus menatap Vianni, dia tau ada yang tidak beres dengan Vianni.

***

“Hai Vianni kita bertemu lagi, kamu sudah siap dengan CT Scan hari ini?” Vianni mengangguk yakin. Dia sudah menerima penjelasan panjang lebar dari saat di perjalanan menuju ke rumah sakit walau sebenarnya Vianni masih tetap bingung untuk apa CT Scan ini diperlukan tapi jika itu membuat dia bisa sembuh maka akan dia lakukan.

Lihat selengkapnya