Niscala membuka pintu balkon apartemennya, ini sudah jam 3 pagi tapi Niscala masih tetap terjaga dari tidurnya. Pikirannya masih mengarah pada kejadian semalam di mana Vianni menolak untuk pulang dengannya dan alasannya tidak jelas. Apa sebenarnya yang sudah Niscala lakukan sampai Vianni menolak pulang dengannya? Apakah karena dia terlambat menjemput gadis itu atau karena dia seharusnya tidak datang bersama Puspamaya disaat keadaan Vianni lemah seperti itu? Semilir angin tidak membuat Niscala merasa dingin sama sekali padahal baju yang dia kenakan hanya pakaian piyama favoritnya yang berbahan tipis.
Niscala memejamkan matanya, saat keadaan sepi seperti inilah di mana Niscala mulai memikirkan keadaan sekitarnya. Selama ini hidupnya selalu diisi dengan kerja dan kerja sampai larut malam tanpa mereka ketahui kalau Niscala sering terjaga disepanjang malam karena menyesali waktunya sendiri yang tidak bertemu dengan orang-orang yang dia sayangi. Niscala sebenarnya sangat menyadari kalau semua orang terlalu berpusat terhadap dirinya dan dia sendiri lupa menanyakan orang lain bagaimana keadaannya?
Dia lupa menyapa ayah dan ibunya yang saat ini tinggal beda benua dengannya bahkan ketika ibunya tidak pernah absen untuk menanyakan keadannya. Dia juga kadang tidak pernah sama sekali menanyakan keadaan Conan dan kesibukannya di rumah sakit padahal Conan sering pulang balik menginap di apartemennya. Niscala tahu kalau sebenarnya saat Conan ke apartemennya, dia sedang membutuhkan Niscala untuk berbagi cerita dengannya. Ujung-ujungnya malah Niscala yang banyak bercerita masalah pekerjaan dan Conan hanya mendengarkan atau mereka hanya berdiam-diaman di dapur sambil Niscala menunggu masakan enak kakaknya itu.
Sekarang dia ketambahan seseorang lagi yang seharusnya dia perlakukan berbeda. Seharusnya semenjak gadis itu hadir dihidupnya, dia musti lebih memperhatikan dunia disekitarnya. Siapa lagi kalau bukan Vianni, gadis pelupa yang beberapa hari terakhir ini mulai menambah tantangan baru dihidupnya. Dia sadar dari sejak Vianni mulai menginjakkan kaki di apartemennya sampai sekarang Niscala belum sempat bercerita banyak mengenai dirinya. Padahal seharusnya Niscala melakukan itu dari awal mengingat gadis yang dia bicarakan ini adalah gadis yang istimewa ingatannya. Apa karena itu sampai dia agak marah dengan Niscala tadi? Apa karena dia merasa kalau Niscala tidak pernah bercerita apa-apa tapi selalu meminta dia untuk mengikuti kemauan Niscala? Niscala mengusap wajahnya kasar, dia sangat menyesal karena melewatkan beberapa hari berharga untuk dia bisa habiskan bersama Vianni.
“Kamu belum tidur dari tadi?” Conan masuk ke kamar adiknya itu setelah dia melihat lampu kamar Niscala masih menyala dan lebih anehnya pintu balkon kamar adiknya terbuka. Niscala hanya menatap Conan sekilas kemudian kembali ke lamunannya menatap kerlap-kerlip lampu kota dekat apartemennya.
Tiba-tiba sebuah jaket terpakai dibadannya sehingga dia merasa hangat, “Dingin begini kenapa musti nongkrong di luar sih? Kamu kan nggak boleh sakit, besok masih ada acara, kan?” Conan kemudian ikut duduk di samping adiknya menikmati pemandangan.
“Aku libur kerja kok besok, dramanya udah selesai dan beberapa pemotretan juga syuting sudah diselesaikan kemarin.” Niscala tidaklah bodoh, dia tidak mungkin terjaga sampai malam dengan sadar kalau ternyata besok dia musti masuk bekerja.
Agak lama mereka kembali terdiam dalam pemikiran masing-masing, “Aku kira kamu kecapekan dan langsung tertidur sampai nggak temuin aku sama Vianni yang baru datang. Vianni juga jadi nggak enak buat nyamperin kamu karena takut gangguin kamu udah tidur.” Niscala menatap Conan lama, memang dia sengaja tidak menemui Vianni tadi karena dia sendiri merasa bingung akan apa kesalahannya dan dia tidak mau langsung menemui Vianni karena takut perasaan Vianni semakin buruk.
“Sebenarnya apa yang terjadi sama sesi treatmentnya tadi, kenapa dia bisa sampai pingsan seperti itu?” Conan baru ingat kalau ternyata tadi dia belum menceritakan secara detail mengenai kejadian yang menimpa Vianni karena Niscala yang buru-buru harus kembali syuting.
“Aku juga sebenarnya tidak mengerti tapi menurut dokter yang menangani Vianni, trauma yang dia alami itu benar-benar berdampak buruk bagi kesehatan mentalnya. Vianni sepertinya tidak bisa ditinggalkan di ruangan yang tertutup dan gelap atau dia juga tidak bisa dipaksa untuk menutup matanya, semuanya harus dilakukan oleh keinginan Vianni sendiri. Menurut dokter itu juga, kenapa Vianni sampai bisa mengalami amnesia retrograde itu karena dia sendiri yang ingin menghapus kejadian kelam itu tapi alam bawah sadar kita selalu menyimpan ingatan yang kuat dan malah menghapus ingatan yang biasa saja atau lemah,” jelas Conan.
Conan menghela napasnya untuk melanjutkan omongannya, “Itulah kenapa Vianni sampai tidak ingat sama sekali dengan keluarganya bahkan jadinya berakibat buruk sampai keadaan fisiknya yang tidak ingin mengingat sama sekali.” Conan yang notabene adalah seorang dokter mencoba menjelaskan semua yang dijelaskan oleh Winola tadi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh Niscala walau pada dasarnya dia tau kalau Niscala sebenarnya sangat pintar.
Niscala kembali mengusap wajahnya kasar, “Apakah dia bisa sembuh, apa ingatannya bisa diselamatkan? Kalau dokter di sini tidak bisa menjamin kesembuhan buat Vianni, kita bawa saja dia ke rumah sakit di luar negri.”
“Tenang Niscala, Vianni itu gadis yang kuat dan dokter yang menanganinya adalah dokter yang paling terpercaya di rumah sakit kami dalam bidang neurologi jadi percayakan semuanya pada mereka. Satu yang harus kamu lakukan adalah memastikan Vianni tidak mengalami trauma lagi dan jangan bolos-bolos ikutkan dia dalam sesi treatmentnya.” Conan menepuk pundak Niscala untuk menenangkannya.
“Sepertinya itu yang susah, belum lama tinggal bersamanya aku sudah membuat dia marah sampai tadi dia tidak mau pulang bersamaku, kan?” Conan memperhatikan wajah putus asa adiknya, dia mengerti perasaan galau adiknya.
“Sebenarnya apa sih yang terjadi saat kamu sudah sampai di rumahnya Lakeisha sampai Vianni marah seperti itu? Kamu nggak berantem kan sama Lakeisha di depannya Vianni soalnya aku lihat Vianni sudah mulai dekat dan merasa nyaman dengan Lakeisha.” Conan jadi semakin kepo karena dia tidak ada di tempat kejadian saat Vianni menyuruh Niscala pulang.
“Aku juga nggak ngerti kak, saat Vianni melihat aku datang sama Puspamaya wajah dia langsung berubah dan langsung memutuskan nggak mau pulang sama aku. Justru Lakeisha dan Puspamaya yang hampir berantem karena kamu tau kan seberapa bencinya Lakeisha sama Puspamaya dan Puspamaya dengan berani menginjakkan kakinya di depan rumahnya Lakeisha. Aku jadi bingung, apa Lakeisha yang nyuruh Vianni buat nggak pulang sama aku?!” Pikiran Niscala sudah mulai dipenuhi dengan hal yang tidak baik.
Conan tidak segan-segan langsung menjitak kepala adiknya itu, “Jangan main tuduh aja kamu, Lakeisha nggak akan sejahat itu walau dia benci sama kalian. Lagian alasan kamu nggak mendasar, dibandingkan dengan Lakeisha yang baru pertama kali dia temui, Vianni pasti akan lebih memilih mengikuti kamu daripada mengikuti keinginan Lakeisha.” Kadangkala Conan tidak mengerti kalau otak sepintar Niscala bisa koslet juga.
“Ya udah sih nggak usah main jitak juga lagian apa coba masalahnya sampai Vianni marah kayak gitu sama aku? Apa karena aku telat jemput dia atau karena ada hal lain yang buat dia tersinggung sampai marah tapi apa?! Sampai pusing banget kepala kau cari jawabannya nggak nemu-nemu dari tadi.” Niscala menyenderkan badannya, jujur masalah Vianni ini menguras pikirannya.
“Mungkin saja dia ingin kalian berdua saja malam itu karena banyak hal yang ingin Vianni ceritakan mengenai hari ini yang menurutnya sangat pribadi tapi dia kecewa karena kamu malah membawa seseorang untuk pulang bersama kalian.” Conan seperti bicara sendiri karena pandangan matanya ke depan tapi sebenarnya Niscala mengerti maksud Conan dan itu juga sebenarnya alasan kuat yang dipikirkan Niscala sejak tadi.
Mereka kembali terdiam sampai Conan mulai mendapatkan ide bagus, “Udah gini aja, kamu besok kan libur kerja tuh, gimana kalau kamu ajak Vianni ke tempat-tempat yang biasa kamu datangi kalau sedang libur kerja. Tempat yang agak jauh dari keramaian supaya tidak ada yang bisa mengenali kamu apalagi mencari tahu tentang Vianni yang bersamamu.” Wajah Niscala berbinar.
“Wah boleh juga tuh idenya kak Conan, makasih yah udah mau cari solusi buat aku.” Conan juga tertawa senang melihat Niscala walau sekali lagi dia tidak bisa menceritakan tentang hal yang ingin dia curhatkan kepada Niscala.
***