Paper Mind

Rezky Armitasari
Chapter #7

Salah Duga

Vianni tengah sibuk menonton TV sore itu, hari ini dia sendirian lagi di apartemen Niscala karena Niscala sudah pergi dari subuh begitu juga Conan yang masuk kerja. Hari libur kerja dua lelaki itu memang hanya ada satu hari dalam seminggu tapi untuk Niscala kadang tidak ada libur sama sekali. Terutama kalau dia sedang mempromosikan lagu, film atau drama miliknya, bisa jadi bahkan Niscala tidak kembali ke apartemennya sama sekali.

Semua hal itu sudah dicatat dengan baik oleh Vianni di diarynya supaya ketika dia menyadari kalau Niscala tidak kembali ke apartemennya, dia sudah tahu kalau Niscala memang dalam keadaan sibuk hari itu. Vianni sendiri adalah tipe yang akan tinggal di rumah kalau tidak ada kegiatan dan kegiatan yang paling menyita waktunya adalah treatment untuk menyembuhkan penyakit lupanya. Namun kalau jadwalnya tidak ada maka dia akan menghabiskan waktu di apartemen, tidak akan melangkah keluar sedikit pun.

Namun sore ini ada yang menginterupsi kesibukan menonton dan berleha-lehanya, dia berlari keluar ke pintu untuk melihat siapa yang menekan bel apartemen Niscala. Vianni memang harus memastikan dulu siapa yang menekan bel apartemen Niscala karena bisa saja itu bukan orang yang dikenali Vianni. Niscala juga berpesan kepadanya kalau pintu apartemen hanya boleh terbuka untuk orang-orang yang sudah dipesan Niscala yaitu hanya Conan dan Jasmine. Untuk Jasmine sangat jarang karena dia adalah manajer Niscala dan apabila Niscala tidak ada di apartemen untuk apa Jasmine ke sana. Jadi sudah pasti orang satu-satunya yang akan dibukakan pintu oleh Vianni adalah Conan.

Hal ini untuk menghindari beberapa sasaeng yang sering menganggu sampai ke apartemen Niscala. Awalnya Vianni kira itu hanya gurauan Niscala saja supaya Vianni takut membukakan pintu untuk orang tapi ternyata itu benar-benar kenyataan. Semenjak Vianni tinggal di apartemen Niscala, sudah tiga kali ada seorang gadis aneh memakai hoodie sampai menutup wajahnya dan terus menekan bel apartemen Niscala, sangat bising dan menakutkan. Niscala tentu saja tidak mau Vianni dalam masalah makanya dia berpesan seperti itu bahkan tukang paket pun hanya mengantar sampai ke lobby, nanti Niscala yang akan ambil sendiri paketnya.

“Niscala bilang mau pulang jam berapa, Ni?” tanya Conan ketika sudah diijinkan masuk oleh Vianni ke apartemen Niscala.

“Nggak ngomong apa-apa kak tapi mungkin malam,” jawab Vianni.

Tentu saja Conan yang baru pulang dari tempat kerjanya merasa lapar jadi dia langsung menyambangi kulkas milik Niscala. Dahi Conan mengkerut, dia beralih melihat Vianni dengan cemilan di pangkuannya, “Kamu dari siang makan apa, Ni?” tanya Conan ketika mendapati kulkas Niscala tidak memiliki bahan makanan.

Awalnya Vianni terdiam tapi dia tiba-tiba mengulas senyum, “Aku tadi siang cuma makan sisa makanan tadi pagi, kak,” jujurnya.

“Jadi kamu belum makan siang?!” kaget Conan.

Vianni langsung menggeleng, “Wah bener-bener Niscala!” Conan dengan murkanya menelpon Niscala.

“Iya kak?” Untungnya diangkat dengan segera oleh Niscala.

Mendengar suara Niscala dari telepon yang diloudspeaker Conan, Vianni terlonjak dan berlari ke sumber suara, “Kamu udah gila yah?! Mau bikin Vianni semaput dengan nggak kasih dia makanan?! Masa makan siangnya malah sisaan sarapan kalian sih?” omel Conan tidak tanggung-tanggung.

Vianni kaget juga karena Niscala malah diomelin kakaknya, “Kak Conan, bukan Niscala yang salah kok,” ucapnya.

“Hah beneran kak? Sumpah tadi pagi aku mau cepat-cepat jadi nggak sempat periksa kulkas dan yang masak sarapan tadi pagi itu Vianni makanya aku nggak tahu kalau bahan-bahan sudah habis atau belum.” Niscala tidak mengada-ada, dia tadi pagi memang kewalahan mengurus jadwalnya yang harus stand by sangat pagi makanya tidak sempat memeriksa bahan makanan yang tertinggal untuk Vianni padahal biasanya dia rajin setiap pagi memeriksanya.

“Udahlah malah banyak alasan, aku bawa Vianni buat belanja bahan makanan di supermarket biasa deh sekalian kalau udah kemalaman dan nggak sempat masak biar aku ajak dia makan malam di luar aja. Lain kali mau sepadat apapun yah harus diperiksa, kalau memang susah buat periksa pagi yah malam aja sebelum kalian tidur. Kasihan banget soalnya kalau Vianni nggak bisa makan karena bahan makanan kosong apalagi sejak kejadian sasaeng kemarin, kamu melarang Vianni pesan makanan dari luar kan.” Conan masih mengomel ke adiknya itu.

Niscala sebenarnya terima saja kalau diomelin karena yang dia tinggal di rumah ini anak manusia yang harus makan, “Iya kak, maafin Niscala deh, aku boleh bicara sama Vianni, boleh?” minta Niscala.

Conan langsung memberikan HP-nya ke Vianni yang sedari tadi di sampingnya, “Iya Niscala?” ujar Vianni.

“Ni, aku minta maaf yah karena aku nggak periksa bahan makanan jadi nggak tahu kalau ternyata bahan makanan sudah habis. Kali ini belanja bahan makanannya sama kak Conan nggak apa-apa, yah? Pokoknya selama di supermarket jangan jauh-jauh dari kak Conan dan ingat pakai baju hangat soalnya di luar hujan. Aku pulang ke rumah kok tapi mungkin agak kemalaman jadi kalau kamu ngantuk duluan aja istirahat nggak usah tungguin aku,” ucap Niscala panjang lebar.

Vianni tersenyum mendengar ucapan panjang kali lebar Niscala yang sudah seperti ayah ngobrol ke anaknya, “Bukan salah Niscala kok, Vianni juga yang lupa bilang kalau bahan makanan habis. Siap bos, Vianni bakalan merapat ke kak Conan dan bakalan pakai baju hangat.”

“Udah ah, malah panjang banget petuahnya kayak kakek-kakek kamu, lanjut gih kerjanya, dah.” Tanpa menunggu balasan dari Niscala, Conan langsung mematikan teleponnya membuat Vianni tertawa karena keisengan kakak Niscala ini.

“Kita pergi sekarang, yuk,” ujar Conan ketika melihat Vianni sudah siap untuk berangkat.

***

Baru saja mobil yang dikendarai Conan memasuki kawasan supermarket besar itu, tiba-tiba HP-nya berbunyi, “Iya halo, ada apa?” Conan buru-buru mengangkatnya.

Terdengar suara seseorang dari dalam telepon membalas Conan, “Loh bukannya yang jaga sekarang dokter Fadli yah?” Vianni melihat kening Conan yang berkerut, sepertinya ada yang tidak beres.

“Ya udah, aku ke sana sekarang!” Conan mematikan teleponnya dan melihat Vianni dengan wajah gusar.

“Ada apa, kak?” tanya Vianni.

Conan menghembus napas jengkel, “Aku harus kembali untuk operasi darurat karena dokter yang jaga malam ini malah sakit. Kamu nggak apa-apa kalau harus temani aku ke rumah sakit dulu?” tanya Conan dengan wajah rasa bersalah.

“Nggak apa-apa kok, kak.” Vianni tersenyum agar Conan tidak merasa bersalah akibat rencana yang melenceng.

Lihat selengkapnya