Paper Mind

Rezky Armitasari
Chapter #13

Bersandarlah Padaku

Niscala mondar-mandir di ruang penanganan rumah sakit itu, sesekali dia melihat ke dalam kamar. Lagi-lagi dia menemukan Vianni dalam keadaan pingsan, ini sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir ini. Dia benar-benar merasa gagal dalam menjaga Vianni, bagaimana mungkin seseorang bisa keluar masuk rumah sakit dalam beberapa hari kalau bukan karena penjaganya yang gagal.

“Tenanglah Niscala, Vianni sudah ditangani oleh orang yang tepat.” Ternyata sudah ada Conan di sana yang ikut menemani Vianni.

Walau kakaknya berkata seperti itu tetap saja Niscala tidak merasa tenang. Pasalnya dia melihat wajah Vianni sebelum pingsan, penuh dengan ketakutan, “Dia seperti lari dari seseorang kak, wajahnya benar-benar ketakutan tapi aku tidak tahu kenapa dia bisa seperti itu!” ujar Niscala frustasi.

Niscala memutuskan untuk duduk di kursi tunggu di samping Conan, Conan akhirnya menepuk punggung adiknya agar bisa menenangkannya, “Bagaimana keadaannya, Conan?!” Laki-laki yang sama paniknya dengan keadaan Vianni datang dan mencerca Conan dengan pertanyaan, dia adalah Winola.

Niscala memandang lelaki itu dengan penuh amarah, “Kau masih menanyakan keadaannya?! Kau tidak tahu kalau kau yang membuatnya seperti itu?! Apa kau tidak bisa menjaga batasanmu terhadap pasienmu? Apa perlu sampai kau harus mengajaknya sejauh itu?!” Niscala mencengkram leher Winola.

“Niscala, bicara dengan baik, ini rumah sakit!” Conan berusaha melerai dua orang itu terlebih adiknya yang sudah berapi-api.

“Aku mohon maaf atas keteledoranku, tuan Niscala, tapi kalau anda berpikir bahwa aku yang membawanya sampai ke daerah itu, anda salah! Aku bahkan tidak tahu apa tujuannya pergi ke sana dan dengan apa dia sampai ke tempat itu.” Winola masih menjelaskan dengan baik walau dia sudah kepayahan bernapas karena lehernya dicengkram oleh Niscala.

“Winola benar Niscala, mereka bertemu di supermarket sekitar apartemen kamu. Entah bagaimana ceritanya Vianni menghilang dari sana dan berakhir di daerah yang begitu jauh.” Penjelasan Conan akhirnya merenggangkan cengkraman Niscala.

“Ada apa ini?!” Lakeisha yang juga sudah tiba di rumah sakit pasti bingung melihat ketiga laki-laki ini.

Winola melepas tangan Niscala kemudian memperbaiki kerah bajunya, “Saya akan melihat keadaannya dan kalau dia sudah bisa dijenguk akan saya infokan.” Winola buru-buru masuk ke ruang penanganan Vianni.

“Arghh!!!” Saking kesalnya Niscala sampai menendang tempat sampah yang ada di sekitar sana.

“Tenanglah.” Conan berusaha mendudukkan adiknya dengan baik kemudian saling berpandangan dengan Lakeisha.

Sekitar 20 menit kemudian Winola keluar dari ruangan itu, “Vianni sudah dipindahkan ke ruang rawat, kalian sudah bisa menjenguk dia di sana.” Kemudian Winola meninggalkan dia.

Niscala cepat-cepat ingin menemui Vianni tapi dihalang Conan dan Lakeisha, “Ada apa ini?” tanyanya dengan tampang tidak suka.

“Lebih baik kamu tenangkan perasaan kamu dulu, biar Lakeisha yang masuk dan melihat keadaan Vianni. Aku takut kalau kamu masuk dan langsung mencecar Vianni dengan banyak pertanyaan, Vianni pasti akan drop lagi.” Masuk akal sebenarnya perkataan Conan.

Namun saking masuk akalnya sampai Niscala jadi kesal, dia tidak berkata apa-apa malah meninggalkan tempat itu, “Masuklah dan temani Vianni biar aku yang temani Niscala,” ujarnya pada Lakeisha.

***

Lakeisha masuk ke ruang rawat Vianni dan mendapati Vianni telah sadar tapi matanya menatap kosong ke jendela kamarnya, “Perasaanmu sudah membaik?” tanya Lakeisha.

Vianni yang tersadar dari lamunannya langsung memberikan senyum ke Lakeisha, “Aku baik, kak.”

Lakeisha duduk di samping tempat tidur Vianni, “Niscala kembali ke tempat kerjanya yah, kak?” tanya Vianni ketika mendapati Niscala tidak ikut masuk ke ruangannya.

“Bagaimana mungkin Niscala bisa tenang kembali ke tempat kerjanya kalau dia menemukanmu seperti itu? Dia sedang menenangkan dirinya, dia benar-benar kalut dengan keadaanmu, kamu menghilang kemudian ditemukan dalam keadaan seperti itu.” Tentu saja, orang bodoh mana yang akan baik-baik saja melihat kelakuan bodohnya yang seperti ini.

“Maafkan aku kak.” Tiba-tiba saja setetes bening mengalir dari mata Vianni.

Lihat selengkapnya