Lakeisha dengan langkah panjang menyusuri koridor rumah sakit itu, dia mendengar dua orang yang beragumen ketika dirinya semakin dekat dengan kamar Vianni, “Kamu akhir-akhir ini terlalu egois tau nggak! Sejak perempuan itu masuk ke dalam kehidupan kamu, kamu nggak lagi fokus sama karir kamu sendiri, Niscala! Dan sekarang kamu mau menghancurkan karir kamu dengan berhenti dari dunia hiburan hanya karena gadis yang baru kamu kenal enam bulan terakhir ini?! Sudah gila kamu!” Suara Jasmine menggema di seantero lorong itu.
Lakeisha memelankan jalannya agar bisa mendengarkan pembicaraan mereka, “Jasmine, apa kau bisa memelankan suaramu?! Aku tidak mau Vianni sampai terganggu!” tegur Niscala.
“Nggak, biarin aja dia dengar, biar dia puas karena sudah membuat kamu seperti ini! Dunia seni adalah kehidupan kamu Niscala, kamu rela menyerahkan semuanya hanya demi gadis itu?! Siapa dia sampai bisa membuat kamu jadi tolol seperti ini!” Suara keras Jasmine malah semakin menjadi-jadi.
“Berhenti Jasmine! Aku sudah sudah memikirkan semuanya ini dan memang ini adalah keputusanku sendiri bukan dari paksaan orang lain apalagi Vianni! Bagiku sudah cukup berkiprah di dunia ini dan ketika menemukan Vianni, aku sadar kalau aku harus melangkah ke hal yang lain.” Niscala juga tidak senang kalau Jasmine terus-menerus menyalahkan Vianni dalam keputusannya ini.
Mata Jasmine berkaca-kaca, entah karena marah atau memang karena sedih, “Kau tidak memikirkan perasaan fansmu? Karir sangat baik dan tiba-tiba kamu melepaskan semuanya, apa kamu tidak memikirkan itu? Kamu tidak memikirkan perasaan staf-staf di agensi atau kamu tidak memikirkan perasaan … aku?” Mungkin memang perasaan Jasmine saat ini bercampur antara marah dan kesal makanya berakhir dengan menangis.
Niscala tidak tega juga melihat sahabatnya ini menangis, perjuangan dia selama beberapa tahun menjadi manajer Niscala, “Aku minta maaf karena memutuskan hal ini dan membuat kamu berpikir kalau aku tidak memikirkan perasaanmu. Tapi percayalah Jasmine, aku melakukan semuanya ini karena aku berpikir semuanya sudah cukup. Tentang karirku, aku sudah memikirkan ke depannya bagaimana dan bersama Vianni menjadi salah satu bagian masa depanku itu.” Niscala memeluk Jasmine erat dan mengelus punggungnya lembut.
Jasmine tidak mampu berbicara apa-apa karena perasaannya campur aduk antara sebal dan sedih, “Bagaimana keadaan Vianni?” Lakeisha merasa sudah cukup dia bersembunyi.
Niscala dengan cepat melepaskan pelukannya dari Jasmine, “Aku duluan ke mobil.” Jasmine menyembunyikan wajahnya yang sembab dari Lakeisha dan langsung pergi.
“Aku tinggal tadi dia masih tidur, maaf kalau aku merepotkanmu tapi aku harus tampil pagi ini. Kalau selesai cepat, sebentar sore aku sudah kembali ke sini, Conan juga sesekali akan datang memantau Vianni,” Niscala terus menghindari tatapan Lakeisha.
“Aku tidak masalah kalau harus menjaga Vianni, dia tidak pernah merepotkanku.” Lakeisha bingung juga kenapa lelaki ini gugup, apa karena ini pertama kalinya Niscala berbicara secara baik-baik kepadanya?
“Aku pergi,” ucap Niscala singkat.
“Tunggu!” Lakeisha menahan tangan Niscala.
Akhirnya Niscala menatap Lakeisha, “Kau benar harus mengambil keputusan itu demi Vianni?” Lakeisha harus menanyakan ini, walau selama ini mereka bertengkar tapi Lakeisha selalu tahu dari Conan kalau dunia seni ini adalah kecintaan Niscala.
Niscala terdiam sebentar, “Aku tidak mengerti kenapa gadis yang baru masuk ke dalam hidupku bisa merubah pendirianku untuk bertahan di dunia yang aku cintai. Tapi kalau memang harus dibandingkan, dunia yang aku inginkan telah berubah sejak dia hadir, aku ingin hidup dalam dunia di mana dia ada.”
“Kamu mencintainya?” Niscala terdiam membeku ketika Lakeisha menebaknya seperti itu.
“Aku harus pergi.” Niscala melepaskan tangannya dari Lakeisha, Lakeisha memang tidak ingin menahan lelaki itu lagi.
Ketika Lakeisha masuk ternyata Vianni sudah terbangun, “Bagaimana keadaanmu adik kesayanganku?” Lakeisha berusaha masuk dengan senyum sumringah walau hatinya masih penuh dengan Niscala.
Vianni juga tersenyum sepertinya dia sudah selesai membaca diarynya mengingat dia buku itu ada di tangannya, “Kak Lakeisha yang hari ini menjagaku? Wah, ini sebuah keajaiban mengingat Niscala biasanya harus berantem dulu denganku.”
“Sepertinya dia tidak punya pilihan lain.” Mereka berdua lalu tertawa.
“Kau sudah ada di sini?” Ternyata Conan juga berkunjung pagi itu.
Lakeisha mengangguk sambil tersenyum ke lelaki semampai itu, “Bagaimana keadaanmu?” tanya Conan juga ke Vianni.
“Aku sudah membaik, tolong biarkan aku pulang,” minta Vianni dengan nada penuh permohonan.
“Bukan aku yang bisa memutuskan itu adik, dokter kesayanganmu masih memintamu untuk pemeriksaan secara penuh.” Conan memang sudah tahu dari Winola kalau ada beberapa pemeriksaan lebih lanjut yang harus dia lakukan ke Vianni.
Vianni mengerucutkan bibirnya tanda tidak setuju, “Sudahlah, ini semua demi kesehatanmu. Kalau nanti kau sudah keluar dari rumah sakit, aku akan mengajakmu jalan-jalan.” Vianni langsung sumringah mendengar penawaran Lakeisha.
Conan agak lama bercengkrama dengan mereka di kamar Vianni sebelum akhirnya kembali lagi untuk bekerja, “Kak, aku ingin jalan-jalan keluar sebentar? Apa tidak masalah kalau aku keluar sendiri?” tanya Vianni.
Vianni menggenggam erat HP-nya ketika melihat Lakeisha tampak sedang berpikir, “Boleh tapi sampai di taman dekat kantin rumah sakit saja supaya aku bisa memantaumu saat aku makan di kantin,” ucap Lakeisha.
“Baiklah.” Vianni tersenyum senang, setidaknya Lakeisha agak berada jauh darinya.
Tak lama mereka sampai di kantin rumah sakit, karena masih agak pagi jadi belum terlalu banyak orang di sana, “Aku ke sana dulu yah kak.” Lakeisha mengangguk setuju.
Vianni duduk di taman dekat kantin itu, tidak terlalu banyak orang juga. Dia memperhatikan Lakeisha yang sudah sibuk memesan makan paginya kemudian melihat ke sekitar taman itu. Tiba-tiba seorang wanita datang dan mendekati Vianni yang duduk sendirian di sana, Vianni mengulas senyum kemudian memeluk wanita itu.
“Aku kira tante tidak akan datang,” ujar Vianni ketika pelukan itu terlepas.