Paper Mind

Rezky Armitasari
Chapter #17

Bawa Aku Lari

Winola mengganggam gadis yang terbaring di ranjang itu dengan erat, memandangi gadis itu yang sudah dua hari ini hobi tertidur. Iya, ini sudah dua hari dan Vianni tidak kunjung bangun. Entah dengan alasan apa tapi yang jelas Winola mengerti kalau badan Vianni memang butuh beristirahat setelah beberapa kejadian yang dia lewati kemarin-kemarin. Itulah juga alasan kenapa dia meminta ruangan yang sangat terisolasi ini untuk menjadi kamar rawat Vianni, dia ingin Vianni jauh dari hiruk pikuk keadaan rumah sakit.

Winola hanya sendiri di kamar itu dan itu sudah berlansung selama dua hari Vianni ada di sana. Setelah mendengar cerita dari Conan, Winola menolak untuk siapa pun masuk sampai ke kamar Vianni untuk mengunjungi bahkan mendekatinya. Bahkan Conan dan Lakeisha hanya diijinkan Winola untuk melihat gadis itu dari kaca jendela kamar itu dan untung saja mereka mengerti. Hal yang paling sulit sebenarnya terjadi antara dirinya dan Niscala karena Niscala bersikeras ingin masuk. Tapi atas nama keberhasilan pengobatan, Winola tetap kekeuh melarang Niscala bertemu dengan Vianni.

Tangan lain Winola yang tidak menggenggam Vianni terkepal erat, bukan apa-apa tapi Winola sangat membenci Niscala! Bukan salah Vianni jika dia harus mengalami kejadian pahit seperti ini! Bukan salah Vianni juga kalau sampai karir Niscala terancam! Lalu kenapa semua orang-orang yang berhubungan dengan pekerjaan Niscala malah menyerang gadis yang tidak berdosa ini?! Niscala yang mengambil tanggungjawab untuk membawa Vianni dari rumah sakit dengan alasan dia akan betul-betul menjaganya lalu kenapa manajernya semena-mena melakukan pemeriksaan pribadi kepada gadis itu hanya untuk membuktikan kalau Vianni tidak suci lagi!

Sambil mengepal tangannya, Winola tidak sadar kalau air matanya juga meleleh, dia tidak tahu kalau kehidupan gadis rapuh ini sekejam itu. Setelah menerima penjelasan dari Dokter Rani, Winola tahu kalau alasan terjadinya hal itu kepada Vianni karena semata-mata pemaksaan. Tanda-tanda yang terjadi adalah tanda-tanda pemerkosaan, itu berarti kemungkinan besar kejadian inilah yang mempengaruhi perubahan ingatan Vianni. Trauma yang berkepanjangan membuat dia berusaha menghapusnya dan seharusnya Vianni dibantu bukannya dibuka aibnya seperti ini.

Winola tenggelam dalam pemikirannya sampai tidak menyadari kalau Vianni sudah mengerjap-ngerjapkan matanya, “Tolong …” erangnya sangat kecil.

Winola cepat-cepat menghampiri Vianni, “Ada apa, Vianni? Ada yang sakit?!”

Nyatanya Vianni hanya memandangnya aneh seperti bertanya-tanya, Winola menyadarinya kemudian memberikan sebuah buku kepadanya, “Baca buku ini dan setelah selesai kamu bisa memanggilku lewat tombol bantuan di sana, aku tinggal dulu yah.” Winola mengusap rambut Vianni lalu pergi.

Sekitar 10 menit Winola menunggu di section perawat lantai itu sampai akhirnya bel dari kamar Vianni berbunyi, “Apa aku masih terasa asing di matamu?” senyum Winola ketika memasuki ruang rawat Vianni kembali.

Vianni tersenyum lalu menggeleng, “Terima kasih karena sudah menyelamatkanku.” Winola terdiam.

“Aku tahu kemarin aku sudah kehilangan akal sehat, aku hampir melukai orang-orang yang peduli padaku. Kalau dokter tidak datang dan menghentikan saya, saya mungkin sudah menyesal karena melakukan hal itu.” Winola benar-benar speechless, bahkan dalam keadaan yang seharusnya Vianni benar, dia malah menyalahkan dirinya.

Winola menggeleng untuk membuang jauh-jauh pemikirannya, “Tidak usah pikirkan hal itu, kesehatan kamu sekarang adalah yang paling penting.”

Vianni menatap langit-langit kamarnya, “Apakah pengobatan itu masih berguna untuk seseorang yang sudah kotor seperti saya?” Air mata luruh dari sudut matanya.

Winola mengambil sapu tangannya dan dengan cepat menyeka air mata Vianni, “Tidak ada yang salah dari apa yang terjadi padamu, kami para dokter pun sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apapun itu, pengobatanmu adalah yang paling penting jadi kamu tetap yang paling utama yang harus diselamatkan.”

Vianni tersenyum, dia bersyukur karena mendapatkan dokter yang sangat perhatian kepadanya seperti ini. Akhirnya Vianni menyadari kalau ruang rawat itu lebih beda dari biasnaya, “Kak Conan, kak Lakeisha dan Niscala ada di mana, dokter?”

Tiba-tiba saja Winola berdiri dan memperhatikan ke tempat lain seolah menghindari pertanyaan Vianni, “Ruangan ini adalah tempat isolasi yang hanya memperbolehkan dokter dan pasien saja yang ada di dalam ruangan. Mereka selalu menjenguk tapi hanya diijinkan dari luar, itu supaya kamu bisa beristirahat dengan baik.”

“Tapi bagaimana dengan Niscala? Dia pasti bersikeras mau masuk dan menemani aku,” pikir Vianni khawatir.

“Kamu masih mengkhawatirkan lelaki itu? Lelaki yang bahkan ketika kamu dipaksa melakukan tes yang tidak seharusnya dilakukan kepadamu malah dia tidak melakukan apapun! Dia adalah orang yang paling utama yang aku harapakan tidak ada di sini dan menganggu ketenanganmu!” marah Winola dan membuat Vianni kaget.

Ruangan itu hening, Winola berusaha menekan emosinya dan itu membuat Vianni mengerti, “Kemarilah,” panggil Vianni.

Lihat selengkapnya