Niscala terduduk di sofanya dengan pandangan kosong bahkan tontonan yang menarik di TV-nya pun tidak merubah sinar matanya. Kejadian itu sudah berlangsung selama berhari-hari dan selama itu pun juga dia bahkan tidak menerima tamu atau pun telepon dari siapapun. Setiap hari ada yang datang ke apartemennya dan membunyikan belnya tapi sampai bel itu berbunyi beberapa kali pun tidak dia buka. Dia tidak menerima siapapun bahkan untuk Conan sekali pun.
Tiba-tiba suara perutnya berbunyi, Niscala memalingkan wajahnya ke dapur tapi dia hanya menghembuskan napas panjang. Apartemen ini beserta seluruh isinya benar-benar kosong semenjak Vianni menghilang. Biasanya jam segini beberapa hidangan sarapan sudah siap di meja bar dapurnya begitu juga dengan senyum si pembuat yang menambah keceriaan dan semangat Niscala di pagi hari. Namun sekarang Niscala harus sadar dan memikirkan sarapan apa yang harus dia makan, dia tidak ingin mati sia-sia hanya karena tidak sarapan. Lagipula setelah perenungannya yang panjang ini, dia masih harus menemukan Vianni di manapun gadis itu berada.
Niscala membuka satu persatu pintu kulkasnya dan kembali menghembuskan napas panjang. Selama beberapa bulan ini kalau bukan Vianni yang mengisi kulkasnya maka sebelum-sebelumnya malah Conan yang melakukannya tapi karena dia bahkan menolak Conan untuk datang maka jadilah kulkasnya kosong. Niscala memandang seluruh memo berisi nomor telepon makanan cepat saji yang terpasang di kulkas. Entah sudah berapa lama dia tidak memakan makanan itu karena Vianni yang sangat rajin memasakkan makanan sehat untuknya.
Sampai dia menemukan sebuah memo dengan tulisan indah milik gadis itu, “Jangan ragu membangunkanku untuk memasak apalagi untuk sarapan pagi.”
Niscala yang awalnya tersenyum sampai akhirnya matanya berkaca-kaca membaca memo itu, “Aku harus membangunkan siapa kalau kamu nggak ada di sini?” Badannya merosot di depan kulkas tersebut sambil mengepal memo itu.
Badannya bergetar dan air mata berbutir-butir jatuh dari sudut matanya, “Aku kangen sama kamu Ni, kamu di mana sekarang?” Dia mendekatkan tangannya yang mengepal memo itu ke dadanya seolah-olah tengah memeluk Vianni yang tersembunyi dalam memo tersebut.
***
Conan meminta ijin untuk tidak ke rumah sakit hari itu, setelah mendengar suara sendu adiknya dan ucapan, “Kak, aku nggak bisa masak.” Bagaimana mungkin dia tidak segera ke apartemen Niscala daripada Niscala berhasil membakar dirinya dan apartemennya.
Setelah memarkirkan mobilnya, dia tergesa-gesa menuju ke lift, “Kak Conan!” Conan kaget juga karena ada seseorang yang memanggilnya.
Wajahnya agak dingin ketika menemukan siapa yang memanggilnya, “Ada apa?” tanyanya malas.
Yah, gadis yang mendekatinya adalah Jasmine, dia juga termasuk korban pengusiran Niscala selama berminggu-minggu, “Ada apa dengan Niscala, kak?” Gadis itu mengerti, kalau Conan sudah tergesa-gesa ke sana pasti ada sesuatu dengan Niscala.
“Apa itu masih menjadi urusan kamu? Kamu bukan manajer Niscala sekarang dan lagipula, Niscala sudah memutuskan berhenti dari dunia keartisannya!” Memang benar, seiring dengan mengurung dirinya Niscala di apartemennya, beberapa artikel tentang pengunduran dirinya dari dunia keartisan sudah dirilis oleh agensinya.
“Aku mengerti kak tapi aku masih bisa kan menemui Niscala sebagai seorang sahabat?” Jasmine juga tahu tentang hal itu tapi segala perhatian Jasmine masih tertuju kepada Niscala, kita tidak bisa memungkiri kalau dia sudah mengaku mencintai Niscala.
Conan tertawa mengejek, “Sahabat apa yang tega menghancurkan perasaan sahabatnya dan berhasil memisahkan sahabatnya dari orang yang dia cintai hanya karena keegoisannya?!”
Jasmine menatap Conan tidak percaya, “Vianni pergi meninggalkan Niscala?!”
“Kenapa? Bukannya kau senang dengan hal ini? Apa kau bahagia sekarang?” ejek Conan.
Jasmine terdiam, dia sebenarnya senang bahwa gadis itu tidak di samping Niscala sekarang tapi bukan keadaan ini yang dia mau dari Niscala. Dia tidak mau Niscala mengurung diri bahkan sampai tidak mau bertemu dengan siapapun, “Maafin aku, kak,” ujarnya pelan.
“Maafmu bukan buat aku tapi untuk Niscala terutama untuk Vianni!” Conan merasa ini semua omong kosong makanya dia bermaksud untuk meninggalkan Jasmine.
Jasmine malah kembali menghentikannya, “Bagaimana aku bisa minta maaf kalau Niscala bahkan tidak memberikan aku kesempatan untuk bertemu!” Mata Jasmine juga mulai berkaca-kaca.
Conan sebenarnya mengerti bahwa pembicaraan ini harus segera berlangsung agar semuanya selesai, “Jangan terlalu berharap aku bisa membuat kamu dan Niscala bicara baik-baik, dia ingin menerimamu atau tidak itu terserah dia!” Jasmine mangangguk mengerti lalu setelah itu mengekori Conan ke apartemen Niscala.
Conan menekan bel apartemen Niscala dan tak lama Niscala membukanya, wajahnya yang sudah bête tambah bête melihat Conan membawa seseorang, “Bukan aku yang mau bawa dia tapi dia yang maksa ngikut.” Conan memilih tidak peduli dan masuk meninggalkan dua orang itu depan pintu.
“Niscala …”
“Ngapain ke sini?” Tidak ada nada marah yang keluar dari pertanyaan Niscala tapi justru itu yang membuat Jasmine takut.
Jasmine mengepal kedua tangannya untuk menghilangkan ketakutannya, “Aku mau bicarain masalah kemarin, aku minta …”
“Aku lagi nggak mau bahas soal itu.” Niscala langsung memotong pembicaraan Jasmine.
“Tapi …”