Papercut

tane
Chapter #3

Chapter #3

Di depanku duduk dua orang yang berbeda ukuran tubuh. Satu berbadan kekar dengan. Wajahnya pun sangar. Rahangnya mengeras setiap kali selesai bicara. Sementara laki-laki yang satunya berbadan jauh lebih kurus dan juga jauh lebih muda. Wajahnya tidak menunjukkan kesan sangar—lebih terlihat tengil.

Jika pria berbadan kekar kira-kira seumuran dengan ayahku—meskipun ayah bertubuh kerempeng—laki-laki muda itu mungkin seumuran denganku. Rasa-rasanya, aku pernah melihatnya.

“Jadi, ayahmu indak ado[1] di rumah?” tanya pria yang lebih tua itu. Perhatianku kembali pada pria berbadan kekar dna berwajah sangar tadi. Kuanggukkan kepala

Kama[2]?” tanya bapak-bapak itu lagi.

Aku hanya mengangkat kedua bahunya. “Indak bilang apa-apa sebelum pergi.”

Pria itu berpenampilan tidak begitu rapi, tetapi juga tidak terlalu berantakan. Tubuhnya saja yang kekar bak Rambo. Anehnya, di tubuh sekekar itu, tidak ada tato seperti yang terpatri di lengan apak. Dengan sekali lihat, aku bisa tahu bahwa setidaknya dia dirawat dengan baik dan sungguh-sungguh oleh istrinya—dan juga bukan pemabuk seperti apak.

“Ada pesan?”

Aku tak ingin berlama-lama dengan orang asing. Tampak wajah tak senang dari laki-laki yang seumuran denganku. Laki-laki itu memainkan kunci mobil dan memasang wajah tak suka. Mungkin dia anak dari laki-laki yang lebih tua ini atau bisa jadi hanya sopir.

Kato’an ka apak kau[3], sudah terlalu lama hutangnya jatuh tempo. Janji mau bayar bulan ini, tapi ditunggu-tunggu tak ada datang. Uang yang dia pinjam itu sudah berbulan-bulan lewat tenggat waktu. Kalau macam itu tingkahnya, jangan harap awak berbaik hati lagi. Awak agiah wakatu sampai akhir bulan iko[4]. Kalau indak juga dikembalikan, terpaksa awak bawa polisi.” Logat bapak-bapak itu terdengar seperti orang Minang-Mandailing.

Aku tidak menjawab dan berusaha menyingkirkan rasa takut ketika lelaki tua itu menyinggung prihal polisi. Aku bersyukur apak tidak meninggal dan juga tidak berurusan dnegan polisi. Sekarang, kata itu kembali membuatku takut.

Ada seringai tipis di bibir anak cowok di sampingnya. Benar-benar tengil!

Lihat selengkapnya