"Van, mau kerjaan, enggak?" sapa Jordy setengah berbisik begitu melihat teman sekamarnya itu datang.
"Kerja apaan?" tanya Jovan setengah acuh.
"Duitnya lumayan, nih!" bujuk Jordy lagi.
"Lumayan itu berapa, sih? Duit sakuku selama ini udah lebih dari cukup, kok," tukas Jovan sambil menggeliat malas-malasan di atas kasur.
"Yang ini bisa dapat sepuluh juta, Van!" Kedua manik mata Jordy berkilat-kilat saat menyebutkannya.
"Alah! Buat apa sih, banyak-banyak? Segini aja aku sering bingung ngabisinnya. Ngapain capek-capek kerja lagi?" Jovan memunggungi Jordy dan menenggelamkan kepalanya di bawah bantal.
Jordy menggaruk-garuk kepala. Dia tidak habis pikir dengan temannya yang satu ini. Bisa-bisanya dia bergeming dari rayuan duit sebanyak itu. Sepertinya, hal yang menarik baginya cuma makan dan tidur. Tiba-tiba, mata Jordy kembali melebar bersama seringai. Sebuah ide brilian muncul di benaknya.
"Eh, sebelum kerja, kita bakal nginep dulu di vila dan makan-makan, lho!" bisik Jordy di telinga Jovan setelah menyingkap benda empuk yang menutupinya.
"Ha? Serius?" Jovan berjingkat dari posisinya.
Ditatapnya lekat-lekat wajah Jordy yang terus saja mengangguk-angguk sambil memasang senyum semanis mungkin. "Wah, asyik, tuh!"
"Memang asyik! Tapi, risikonya juga gede, lho." Nada suara Jordy yang tinggi karena ikut antusias berubah rendah dan menggantung, seakan ragu dengan tawarannya sendiri.
"Wow! Risiko apaan, tuh?" Tanpa disangka, Jovan justru semakin tertarik mendengarnya.
"Anu, Van. Kalau sampai ketahuan, bisa-bisa kita dikeluarkan dari kampus dan dipenjara," jawab Jordy takut-takut.
"Mantap! Ini baru seru! Mau deh, aku! Kerja apa, nih?" seru Jovan sambil mengayunkan tinju kanan melintas di depan dadanya.
"Kamu serius, Van?" tanya Jordy masih tidak percaya melihat reaksi ajaib rekan sekampusnya ini.
"Serius! Eh, kamu enggak bercanda, kan?" Lirikan Jovan menukik tajam penuh curiga.
"Enggak, enggak! Aku serius, kok! Aku mau ajak kamu jadi joki di TMB (Tes Mahasiswa Baru) nanti. Gimana?" tukas Jordy penuh harap.