HIDUNG REGIS TERASA DITENDANG ketika mencium aroma khas rumah sakit. Di hadapannya terbaring di bed crank seorang gadis cantik yang paling dia cintai. Perasaan Regis mirip buah yang diiris pisau, ketika melihat kepala si gadis cantik itu tidak ada rambut. Tangan Regis memegang kulit si gadis cantik itu yang dingin seolah menyentuh es krim. Bibir si gadis cantik itu tersenyum kecil memandang wajah Regis.
Mereka pun berbincang tentang olahraga selancar. Dulu, si gadis cantik ini bisa beselancar bersama pelatihnya melawan ombak yang bergemuruh layaknya sambaran petir. Namun, penyakitnya itu merenggut cita-citanya. Penyakit yang selama ini diam-diam sudah menjalar ke bagian alat vital kehidupannya. Hal itu membuat pikiran Regis menjerit-jerit bak ada pertarungan di sana. Sekitar sepuluh menit mereka berbincang. Pintu di belakang Regis terbuka lebar. Dia melihat seorang wanita dengan rambut hitam bergaya Sleek Bob. Kaki wanita itu bergerak mirip langkah kura-kura mendekati Regis.
“Kamu berangkatlah kuliah, Kak.”
Regis pun berpamitan kepada mereka. Tidak lupa dia juga mencium dahi si gadis cantik. Membuat dia mengoceh karena risi. Regis hanya tertawa pelan melihat si gadis cantik yang jengkel. Dia pun bergerak keluar dari ruangan rawat inap si gadis cantik. Perasaan layaknya tertusuk duri kembali hadir di dalam dada Regis. Dia pun menghela napas dan melangkah ke depan bagaikan mencari sebuah pintu kebahagiaan.