LORONG KELAS RAMAI. Suhu udara juga panas. Kulit Vera seperti terpanggang karena matahari bersinar tanpa awan yang menghalangi. Dia dan Inggrid melangkah bersama menuju kantin. Suara obrolan orang-orang di sekitar menyentil telinga Vera. Di depan mereka ada cowok yang mendekat.
“Kayaknya ada yang mau dideketin sama kating, nih,” ucap Inggrid nyengir kepada Vera.
Dia hanya bisa terdiam menahan malu. Kok Regis bisa tahu di mana kelas Vera berada. Telinganya sudah gatal-gatal bak digigit nyamuk mendengar godaan Inggrid.
“Vera wajah kamu merah-merah,” cetus Merpati tertawa.
Rasanya Vera ingin menghilang dari dunia. Dia menyaksikan Regis sudah di depan. Tinggi badannya membuat kepala Vera harus mendongak sedikit.
“Kalian mau ke kantin?”
Inggrid diam seakan sengaja membuat Vera membuka suara. Tangan Vera pun bergejolak ingin mengeluarkan kekuatan angin kepada Inggrid,
“Iya, Kak Regis,” jawab Vera terlihat canggung.
“Gimana kalau kita barengan?”
Otak di dalam kepala Vera langsung membeku, saat dia dan Regis bertatapan. Tiba-tiba Inggrid membuka suara layaknya sambaran petir di siang hari.
“Oh, boleh banget, Kak Regis. Soalnya Vera juga lapar, pengen makan,” Inggrid menjawab sembari tersenyum penuh arti.
Mata Vera melotot. Ekspresi Inggrid membuat Vera tambah kesal, bagaikan bara api yang membakar kayu. Sementara itu, Merpati terus tertawa melihat tingkah mereka.
***
Lidah Vera seakan meledak ketika mengunyah makanan kesukaan semua orang, Indomie goreng. Aroma mi tersebut serasa menusuk hidung. Suasana di kantin sangat ramai. Obrolan para mahasiswa memenuhi telinga. Merpati terbang berputar-putar mengamati mahasiswa lain makan. Kalau Inggrid, dia duduk di kursi lain bersama temannya prodi Manajemen. Vera terpana dengan Regis yang lahap sekali memakan mi di piringnya, karena gerakannya mirip pria di iklan susu L-Men. Dada Vera seperti tersetrum karena ketahuan mengamati wajahnya.
“Kamu naik apa ke sini?” tanya Regis selesai menelan makanan.
Vera berusaha menenangkan detak jantungnya.
“Naik bus, Kak. Dari Unsri Bukit ke sini.”
Regis mengangguk dengan tampang layaknya orang yang menjawab soal SBMPTN. Vera kembali menyuapkan mi ke mulut. Dalam hati Vera berharap semoga Regis tidak bertanya tentang kejadian tadi pagi.
“Kalau saya antar kamu pulang boleh?”
Jantung Vera berdebar-debar bak ada bunga yang mekar di sana, mendengar ucapan Regis. Ekspresi dia tampak menunggu jawaban Vera.
“Hm...tapi saya boleh ngomong dengan Ibu saya dulu ya, Kak?” Vera tersenyum malu.
“Oke, nanti habis kamu kuliah, saya tunggu di depan kelas,” ujarnya sambil meminum es teh.
Vera berasa terjun dari jurang mendengar ucapannya.
***
Satu jam kemudian, Vera dan Inggrid sudah ada di kelas. Karena dosen belum datang, dia membuka ponsel dan mengirim pesan Whats App kepada Ibu.
Bu, aku pulang nanti gak usah jemput di kampus Bukit, ya.