Para Pejuang Indonesia Volume 1

Rachman Anrabel
Chapter #9

9. Regis

BARU SAJA DOSEN KELUAR DARI PINTU KELAS. Suasana kelas Regis kembali ribut seolah berada di stadion bola. Teman-teman Regis sedang membahas suatu kejadian aneh di Kambang Iwak. Regis mengintip ponsel Yusro yang menampilkan seorang wanita bertopeng dansa warna kuning, sedang menari dengan memakai kedua kipas lipat di tangannya. Pikiran Regis seolah tertimpa buah kelapa. Wanita itu mirip sekali dengan Vera, apalagi busananya yang berwarna biru muda.

Tangan Regis memengang kepalanya yang terasa ada peperangan di sana. Dia pun bergegas keluar dari kelas. Langkah kakinya bergerak menuju kelas Vera. Sampai di sana, dia melihat orang-orang keluar dari pintu kelas ibarat seribu ikan lele yang diberi makanan. Mata Regis bergerak-gerak mencari Vera. Gerakan Regis seolah menjadi ibu-ibu yang mencari anak di pasar malam.

Perasaan Regis ibarat saluran air yang lancar ketika matanya melihat Vera dan Inggrid berjalan bersama. Kakinya pun bergerak menghampiri mereka. Mata Vera pun melotot seolah mengeluarkan laser mengamati Regis. Ekspresi Inggrid terlihat menggoda Vera. Regis berusaha menahan tawanya. Lalu Inggrid pun berpamitan dan pergi meninggalkan Regis bersama Vera.

           “Udah selesai kuliah, kan? Yuk kita pulang.” Regis membuka suaranya duluan.

           “Iya Kak udah selesai,” balas Vera tersenyum canggung tapi menawan membuat jantung Regis berdansa.

Ketika mereka di luar, angin pun bertiup. Aroma pewangi yang dipakai Vera bertamu ke hidung Regis. Dia pun menilik Vera yang jalan di sampingnya. Regis mengernyit, di lengan Vera ada bekas luka cakar yang panjang.

           “Lengan kamu kenapa?”

Muka Vera tampak gelagapan.

           “Ini kena cakar kucing, Kak Regis.”

Jawaban Vera membuat Regis seolah dia kalah main futsal. Dia tidak percaya kalau cakaran kucing bisa sepanjang satu batang spageti yang belum di masak.

           “Tapi, bekas cakarannya kok bisa panjang dan besar Vera?”

Tatapan Vera mirip siswa yang berbohong sudah mengerjakan tugas.

           “Ini kucingnya sebesar singa, Kak Regis.”

Regis pun tertawa seakan menonton drama komedi. Dia merasa Vera sedang menutupi sesuatu.

           Apa Vera benar-benar wanita yang memakai topeng dansa itu ya?

Batinnya sedang berkumandang di dalam dada Regis. Ekspresi Vera terlihat jengah dengan tatapan penasaran Regis.

           “Baiklah kalau gitu, yuk kita ke parkiran.”

Regis berusaha melupakan hal itu di pikirannya. Dia mengira-ngira, mungkin ada waktu Vera akan mengungkapkan hal yang sebenarnya pada Regis.

***

Regis memberhentikan mobil Pajero Sport berwarna hitam di halaman depan apotek. Langit jingga tampak sewarna buah jeruk. Turun dari mobil, angin bertiup mengibarkan rambut Vera. Suasana dalam apotek tersebut lumayan ramai.

           “Yuk kita masuk,” ajak Regis.

Lihat selengkapnya