Para Pejuang Indonesia Volume 1

Rachman Anrabel
Chapter #11

11. Vera

SIANG HARI YANG PANAS. Vera juga sudah selesai makan siang bersama Regis. Dia mengenakan blus biru muda dengan celana kulot berwarna putih. Suara notifikasi ponsel Vera memasuki gendang telinganya. Ria mengabari via WhatsApp untuk bertemu di markas sekarang juga. Regis yang tidak ada kelas, mengambil kesempatan mengantar Vera ke perpustakaan.

           “Kalau udah selesai kumpulan kabarin ya,” ucap Regis yang memakai kemeja hitam dengan garis-garis merah.

“Iya Kak, makasih udah nganterin,” jawab Vera senang ibarat liburan di pantai bersama Regis.

“Iya makasaih cowok ganteng,” kata Merpati di pundak Vera, dan bergaya mirip orang yang tersipu malu.

Vera cepat-cepat jalan menuju Neng’s Café, karena kulitnya seakan terbakar oleh sinar mentari. Ketika sudah berada di markas, suhu udara berubah drastis bak di kutub. Vera lanjut berjalan ke ruangan kumpulan pejuang. Di sana ada Tina, Daffa, dan Ria yang menunggu kedatangannya.

“Kau sudah telat lima menit,” pungkas Tina judes.

“Ada masalah apa?” tanya Vera mengacuhkan Tina sembari duduk di kursi.

Ria yang memakai busana serba berwarna biru laut membuat Vera takjub.

“Ada sekelompok iblis menyerang dokter yang punya kekuatan di rumahnya,” jawabnya.

Jaket Hoodie berwarna cokelat yang dipakai Daffa terlihat menonjol di mata.

“Mereka menyerang di perumahan Citra Grand City,” tunjuk Daffa ke titik merah yang berkedap-kedip di peta hologram Sumatera Selatan.

“Kita harus kesana sekarang juga!” seru Vera, dengan perasaan ingin membasmi iblis yang menyerang tempat itu.

Daffa pun mengangguk sembari mengeluarkan bola kaca. Lalu dia lemparkan bola itu ke depan. Bola kaca meledak dan membentuk sebuah lingkaran cahaya putih. Tiupan angin yang kencang seperti menarik dirinya untuk masuk. Ria langsung membagikan topeng dansa kepada Vera, Tina, dan Daffa. Vera pun segera memakainya.

“Aku masuk duluan!”

Tina dengan busana kemeja hitam dan celana denim hitam, masuk pertama kali ke dalam portal.

“Astaga udah duluan!” lontar Merpati berseru kaget.

“Dia itu nggak sabaran banget memang,” kesal Daffa ikut menyusulnya.

Vera dan Ria membuntuti Daffa. Baru saja Vera berkedip, suara pertarungan langsung menyambut. Dia menyaksikan enam iblis menghancurkan taman rumah. Seorang wanita yang memakai jas dokter dan topeng dansa, menyerang para iblis itu. Vera terpukau dengan kekuatannya yaitu bisa mengeluarkan bunga-bunga tajam melalui tangan. Dia menembak bunga-bunga tajam itu ke dada para iblis serupa melempar shuriken. Seorang pria yang memakai topeng dansa membantu si dokter wanita. Rambut lebat sedikit pendek pria itu berwarna abu-abu. Dia adalah penyihir seperti Ria tetapi berkekuatan elemen api.

“Iblis itu ingin menyerang!” teriak Daffa.

Iblis berbadan kekar di depan mengangkat pot bunga berukuran besar dan ingin melemparnya ke arah mereka. Vera pun mengambil kedua kipas lipat di saku celana kulot berwarna biru muda. Kedua tangan Vera menari dengan cepat, dan menembakkan gelombang angin ke iblis itu. Dia bangga dan tertawa kecil, melihat iblis itu terjungkal serta tertimpa pot.

“Tina, kita berdua bantu pria itu. Kalian berdua bantu dokter wanita itu,” perintah Daffa.

Mereka mengangguk sepakat. Vera dan Ria berlari cepat mendatangi si dokter wanita. Vera merasa kasihan dengan wajahnya yang kelelahan.

“Vera, iblis gendut itu ingin menyerang!” seru Merpati.

Vera membuka kedua kipas lipat dan menari dengan cepat. Gelombang angin muncul di lengan. Dia menembak gelombang angin itu ke depan bak meriam. Namun, si iblis tidak terpental, karena perutnya yang gendut membuat serangan Vera tidak kuat. Dia berdecak kesal. Mata si iblis gendut molotot ke arah Vera. Mulut si iblis terbuka lebar. Gigi-nya tajam serupa gigi ikan hiu. Vera tertegun, dia memuntahkan cairan berwarna kuning dan berasap ke arah Vera.

“Awas itu cairan asam!” lontar si dokter wanita di sebelah Vera.

Vera, Ria, dan si dokter wanita melompat menjauhi cairan mematikan tersebut. Panasnya matahari, membuat tubuh Vera cepat berkeringat. Vera menyaksikan ada iblis yang kedua tangannya berupa pedang. Iblis itu menyerang Ria dengan ganas. Si dokter wanita membantu Ria yang kesusahan berupa menembak bunga-bunga tajam.

“Dia mau muntah cairan asam lagi!”

Vera sontak menari. Gelombang angin bergerak ke kakinya. Vera terbang ke langit seraya menari lagi.

“Pukulan gelombang angin!”

Lihat selengkapnya