REGIS IBARAT MENJADI ANAK KECIL yang tersesat di mal. Dia baru saja melihat video rekaman orang dengan kejadian penyerangan iblis di parkiran rumah sakit umum Dr. Mohammad Hoesin. Vera diperlihatkan diserang seorang wanita begitu ganasnya. Dia terluka sampai bagian baju punggungnya robek. Kedua tangan wanita itu berupa akar beringin yang bisa dijadikan cambuk. Regis cemas. Teman-teman disekelilingnya hanya terpukau menonton ibarat ikut pertandingan bola dunia.
Dia pun bergegas menuju kelas Vera. Di belakang, teman-teman Regis memanggilnya. Dia acuhkan dan tetap jalan ke sana. Tiba di lorong kelas jurusan Akuntansi. Regis bagaikan melihat permata. Vera terlihat baik-baik saja. Pakaiannya juga kembali normal. Dia berlari dan langsung memengang kedua pundak Vera.
“Kamu nggak kenapa-kenapa Vera?”
Vera tertegun seolah disambar petir. Regis ingin memeluknya. Akan tetapi, dia tidak enak kalau dilihat dosen maupun mahasiswa lain.
“Saya baik-baik saja Kak. Tadi Daffa baru saja mengoleskan krim penyembuhan yang dibuat oleh kaum peri,” jelasnya bersuara pelan. “Dia juga mengembalikan bajuku agar kembali kayak baru.”
Regis bernapas lega. Dia pun tersenyum kecil membuat kedua pipi Vera merona.
“Saya cemas melihat kamu di berita tadi hampir kalah lawan wanita bertangan akar,” kata Regis masih menyentuh kedua pundak Vera.
“Iya Kak. Tapi untung ada Merpati yang sangat kuat melawan balik Ninra,” jawab Vera tertawa ringan menyebutkan nama si wanita bertangan akar.
“Kak Regis gak ada kuliah?”
“Ada sih, tapi gara-gara melihat kamu kalah lawan siapa tadi?”
“Ninra, Kak.”
“Iya lawan Ninra. Nah, saya langsung keluar dari kelas, padahal sudah lima menit dari jadwal, dosen kelas saya belum masuk. Mungkin, sekarang beliau sudah ada di kelas,” jelas Regis tersenyum kecil.
Vera menggeleng seraya tertawa kecil.
“Kan dikontrak kuliah biasanya ada waktu 15 menit buat masuk ke kelas, Kak.”
“Hm....Sesekali saya gak masuk dulu.”
“Astaga,” ucap Vera ibarat bertemu kucing melompat dari gedung tinggi.
Regis terkekeh. “Terus kamu ada kuliah?”