Para Pejuang Indonesia Volume 1

Rachman Anrabel
Chapter #15

15. Vera

VERA, SAYA TUNGGUIN DI KANTIN.

Regis mengirim pesan Whats App pada Vera. Otak dia baru saja bebas dari mumetnya pembahasan tugas. Vera merasa ada yang mendekat di samping. Inggrid mengintip pesan dia dengan Regis. Vera menyiapkan diri mendengar kata-kata godaan dari mulut Inggrid yang akan terlontar.

           “Cie kalian mesra banget foto di jembatannya.”

Vera mematikan layar ponsel. Dia tidak jadi membalas pesan Regis. Vera memasang ekpresi kesal mirip orang ingin memukul. Inggrid terbahak seakan mulutnya nanti mengeluarkan busa. Merpati juga ikut-ikutan di pundak kiri Vera. Rasanya dia mau menerbangkan mereka ke atas tiang jembatan.

“Kepo!” seru Vera menjauhi ponsel dari Inggrid.

“Dih, udah punya status belum? Udah berani-beraninya dia ngerangkul kayak gitu,” kata Inggrid.

Mulut Inggrid ingin Vera cabut. Suaranya itu sampai terdengar oleh teman yang lain.

           “Mungkin bentar lagi kayaknya. Udah tanda-tanda nih, kan Kak Regis mulai ngerangkul,” ujar Vera tersenyum mengingat kejadian itu.

Inggrid mendengus. Dia kayak orang jomlo yang iri. Vera balas tertawa lalu berdiri dari kursi sembari membawa tas. Pendingin ruangan terus mengelus kulitnya.

           “Semoga lancar ya kencan kalian lagi.”

Vera memutar bola matanya.

“Iya-iya terserah,” kata Vera pasrah, dan menahan malu dilihat teman-teman yang lain.

Di lorong kelas. Dia menunggu pesan dari Ria. Vera ingin segera bertemu dengan dokter yang tahu lokasi ramuan itu. Terlalu fokus ke ponselnya. Dia menabrak seseorang. Aroma pewangi langsung menusuk hidung yang menempel di bajunya.

           “Kak Regis, maaf!” kata Vera meringis seakan lidahnya kejepit.

Regis tersenyum. Kedua pipi Vera memanas layaknya sate dibakar. Dia merasakan suasana sekitar lumayan ramai. Rasa malu bertamu ke otak Vera. Dia ingin bumi menelan tubuhnya sekarang.

           “Iya gak papa Vera. Kalau misalnya dosen, waduh itu bisa bahaya,” ucap Regis tertawa kecil.

Vera mengangguk setuju serta turut tertawa ringan. Ada untungnya dia menabrak Regis. Vera mengamati wajah Regis mirip atlet yang semangat mengikuti olimpiade. Apa penyebab wajahnya seperti itu. Hal tersebut berkecamuk di otak. Sampai dia tidak mendengar panggilan Regis.

           “Vera, kamu dengerin aku ngomong?”

           “Vera, itu cowok ganteng manggil kamu!” teriak Merpati.

Tubuh Vera tersentak seakan jatuh ke saluran pembuangan. Dia pun tersenyum kecut memandang Regis.

Lihat selengkapnya