RIA, KAPAN KITA KUMPUL LAGI dan mencari dokter yang tahu lokasi ramuan penyembuhan?
Vera mengirim pesan Whats App. Dia menunggu Ria membaca dan membalasnya. Saat ini baru jam delapan malam. Tapi menunggu balasan kayak menunggu jawaban diterima beasiswa atau tidak. Merpati tidur-tiduran di sampingnya. Dia pun membuka Instagram, membunuh rasa bosan. Mata Vera seperti disengat lebah. Akun Instagram Regis memberikan tag ke akunnya. Dia pun memencet akun Regis. Foto mereka di atas jembatan langsung menyambutnya. Banyak sekali komentar di foto tersebut.
dinsyah_09 Aw co cweet
raisyah98 Yah udah punya cewek
zulvians_ ditunggu undangannya
Vera terkekeh membaca komentar itu. Regis saja belum mengungkapkan rasa suka ke dia, apalagi menyebarkan undangan. Astaga, Vera kan belum mau menikah dulu. Dia menggeleng mengusir pikiran tidak masuk akal di otaknya. Suara notifikasi menyentil telinga. Ria sudah membalas pesannya.
Akan kukabari untuk datang ke markas. Daffa memberi tahu kalau kedua dokter yang tersisa terus bersembunyi dari kejaran para iblis. Jadi Daffa sedikit kesulitan mencari keberadaan mereka. Tapi dia punya rencana yang akan dikasih tahu nanti.
Vera pun mengetik balasan dengan cepat.
Oke nanti kabari aku ya.
Hatinya bergejolak seolah dibakar api. Dia tidak sabar menunggu hari di mana mereka tahu lokasi ramuan itu.
***
“Dek Marina suka dengan hal apa, Kak?” tanya Vera, saat mereka sudah masuk ke dalam mal PTC.
Keadaan di mal itu amatlah ramai. Suhu udara di dalamnya lumayan sejuk, tidak seperti di luar yang panas seperti di dalam oven. Hari ini adalah ulang tahun Marina. Dia tidak sabar ingin melihat senyum manisnya.
“Marina suka sekali dengan hal berbau Surfing.”
Vera dan Regis berjalan bersebelahan, mengelilingi dari lantai pertama sampai ketiga mal, mencari toko yang menjual hal-hal tentang Surfing. Karena tidak ada yang menjual, mereka hanya membeli tiga boneka tokoh kartun beruang We Bare Bears.
“Semoga Dek Marina suka, ya Kak,” ucap Vera berharap.
“Seratus persen Adik saya pasti suka, Vera,” balas Regis tertawa ringan.
Vera dan Merpati serempak tertawa. Di depan tangga berjalan, Regis menilik mata Vera.
“Kita makan di Jiro Ramen, yuk,” ajaknya.
“Oke, Kak. Aku ikut aja,” jawab Vera dengan hati bergetar lantaran senang ditraktir.