SATU JAM MEREKA MENGERJAKAN tugas kelompok. Vera beristirahat sebentar menenangkan pikiran yang sudah mirip mesin pabrik. Dia pun mencomot biskuit di meja lalu meminum gelas yang disajikan. Kerongkongan Vera menjadi dingin ketika air di gelas masuk ke mulutnya.
“Eh, kau dengar suara nggak?” tanya Inggrid.
“Suara apa?” Vera balik bertanya.
Mereka mencoba hening agar suara yang ditanyakan Inggrid terdengar.
“Ada gajah liar mengamuk!” teriak orang di luar rumah.
Mereka berpandangan dengan raut wajah kebingungan.
“Sejak kapan ada gajah liar di komplek ini?” kata Inggrid seperti tidak percaya.
“Yuk, kita lihat di luar,” ajak Vera.
“Eh, kalau beneran ada gajah liar gimana?” ucap Inggrid takut.
“Udah, tenang. Ada aku, kok,” jawab Vera sambil mengambil tas kecil yang dia letakkan di atas meja.
“Dih, kau kek ksatria pemberani aja ngomong begituan.”
Vera terkekeh kecil, lalu pergi duluan keluar rumah.
“Eh, Vera. Tungguin aku!” susul Inggrid di belakang Vera.
Di luar rumah, orang-orang berlarian seakan dikejar hantu. Suara teriakan gajah, membuat kuping Vera ditusukkan pedang. Gajah itu menginjak mobil yang berhenti di tengah jalan sampai penyok.
“Astaga, memang ada gajah liar!” Inggrid cemas.
Di sekeliling tubuh si gajah liar terdapat asap hitam. Kedua matanya juga terdapat asap hitam yang menatap tajam. Setelah mobil yang si gajah injak hancur, dia lanjut mendekati orang lari. Teriakan makin kencang menusuk telinga Vera. Lalu, mata si gajah menengok Vera dan Inggrid berdiri di depan pintu rumah.
“Kita harus lari, Vera!” teriak Inggrid.
Bukannya lari. Vera malah mengeluarkan dua kipas lipatnya. Dia pun mulai menggerakkan tangan seperti menari. Gelombang angin muncul mengitari lengannya.
“Tiupan angin!”
Vera menembakkan angin ke depan. Gelombang angin mendorong si gajah itu. Inggrid yang melihat kejadian itu tertegun.
“Kau pun... punya kek... kekuatan,” kata Inggrid tergagap.
Si gajah liar di depan mereka melempar sebuah batang pohon. Inggrid berteriak sementara Vera menggerakan tangannya menari. Tiupan angin memutar lemparan batang pohon itu kembali ke si gajah. Telinga Vera merasa tertampar mendengar teriakan si gajah terkena serangan yang dia lempar sendiri.
“Inggrid, kau harus pergi dari sini. Cepat!” pungkas Vera.