KEPALA REGIS RASANYA TERTIMPA BATU. Kelopak matanya dia buka pelan-pelan. Penglihatan yang tadi buram perlahan-lahan kembali jelas. Hidung Regis merasa gatal, banyak debu bertamu ke lubang hidungnya. Dia duduk di sebuah kursi. Kedua tangannya diikat oleh tali tambang ke belakang. Dia melihat sekeliling. Regis berada di dalam ruangan. Ada Folding Gate berwarna hijau jauh beberapa meter dari sebelah kanannya. Telinga Regis mendengar suara dengusan
“Manusia rendahan ini sudah sadar,” ucap seorang pria di hadapannya, dia memakai jubah hitam, kedua tangannya berupa meriam mini.
“Jadi kita buat apa pria ini, Tuanku,” kata seorang pria berbadan raksasa memakai zirah hitam, tangannya terus memengang kapak seukuran tubuhnya.
Apa mereka kelompok iblis yang juga mengincar ramuan penyembuhan.
Batin Regis berkecamuk. Dia tidak mau ramuan itu jatuh ke tangan mereka. Mata Regis melotot memandang pria berjubah hitam. Wajahnya penuh luka bakar. Kepala dia juga botak mirip batok kelapa.
“Mereka pasti akan berusaha mencari ramuan itu untuk membebaskan dia,” tunjuk pria berkepala botak ke arah Regis.
Dia menatap pria itu mirip guru kesal pada siswanya yang nakal. Seorang wanita berpakaian aneh yang terbuat dari dedaunan menyeringai di hadapan Regis. Dia merasa ingin menendang bola ke wajah wanita itu.
“Padahal aku ingin membunuhnya, Tuanku.”
“Jangan dulu Ninra, ada saatnya kita akan membunuh mereka,” jawab pria berkepala botak terkekeh.