Para Pemimpin yang Menjaga Amanah

Oleh: Bentang Pustaka

Blurb

Bismillâhirrahmânirrahîm.


Resah dan gelisah.
Itulah kondisi batin ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz selepas menjadi penguasa Dinasti Umawiyyah1 di Damaskus, Suriah, di usia sekitar 39 tahun. Kala itu, selama berhari-hari, dia kerap sulit memejamkan mata, walau malam telah sangat larut. Amanah yang dia sangga, sebagai penguasa tertinggi negara, ternyata terasa sangat berat baginya.
Penguasa yang satu itu, sebagaimana termaktub dalam torehan sejarah Islam, adalah penguasa ke-8 Dinasti Umawiyyah yang terkenal adil dan bijak. Cicit ‘Umar bin Al-Khaththab2 ini lahir di Madinah pada 61 H/681 M* dan tumbuh dewasa di Helwan, Mesir hingga berusia sekitar 20 tahun. Dia kemudian dikirim ke Madinah Al-Munawwarah3, untuk menimba ilmu. Lantas, ketika ayahandanya berpulang, dia kembali ke Damaskus dan menikah dengan sepupunya, Fathimah, putri dari ‘Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-‘Ash, penguasa ke-5 Dinasti Umawiyyah.

Lihat selengkapnya