Matahari senja mulai tenggelam, menebarkan cahaya oranye keemasan di langit. Jalanan mulai sepi, hanya beberapa kendaraan yang masih lalu lalang. Iwan mengendarai motornya dengan hati-hati setelah seharian mengirim barang ke berbagai pelanggan. Kelelahan mulai terasa di tubuhnya, namun semangat untuk segera pulang membuatnya tetap fokus.
Tiba-tiba, di tikungan jalan yang agak sepi, seorang bapak-bapak muncul dari sisi jalan. Iwan tak sempat mengerem.
"Brak!" Terdengar suara keras ketika motornya menabrak bapak itu. Iwan terlempar dari motornya, berguling beberapa kali di aspal sebelum akhirnya berhenti.
"Sial!" gumam Iwan sambil merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Dia cepat-cepat bangkit dan berlari ke arah bapak itu yang terjatuh di pinggir jalan.
"Pak, Pak, nggak apa-apa?" tanya Iwan dengan wajah panik. Bapak itu tampak kesakitan, tetapi berusaha bangkit dengan bantuan Iwan.
"Aduh, sakit sekali," keluh bapak itu sambil memegangi kakinya yang lecet dan berdarah. "Motor saya juga rusak parah. Kamu harus bertanggung jawab!"
Iwan menelan ludah. Matanya melihat motornya yang ringsek, tak mungkin bisa dipakai lagi tanpa perbaikan besar. Ketakutan dan panik mulai melanda pikirannya.
"Aduh, Pak, saya minta maaf. Saya benar-benar nggak sengaja," kata Iwan dengan nada penuh penyesalan.
Seorang saksi yang kebetulan lewat mendekati mereka. "Saya lihat kejadian tadi. Sepertinya bapak ini benar, kamu harus ganti rugi," kata saksi itu dengan tegas.