Hasan adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang sederhana, di sebuah desa yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Pendidikan Hasan hanya sampai tingkat sekolah dasar (SD), karena orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya lebih tinggi lagi. Namun, ketidakmampuannya untuk melanjutkan pendidikan tidak membuat Hasan putus asa. Ia tetap memiliki semangat untuk belajar berbagai keterampilan yang menurutnya menarik.
Salah satu keterampilan Hasan yang paling menonjol adalah kemampuannya sebagai seorang supir. Sejak kecil, ia sudah terbiasa melihat siklus kehidupannya mengemudi truk untuk mengangkut pasir atau tanah ke sebuah proyek. Saudara saudara Hasan dari pihak ayah maupun ibu semua menjadi bagian dari supir. Sejak kecil ia selalu ikut mengirim kayu bersama sang pakde. Dari situlah ia belajar cara mengemudi.
Ketika berusia 15 tahun, Hasan sudah mampu mengemudikan truk dengan baik. Meskipun belum memiliki SIM, Hasan sering diminta oleh tetangga dan teman-temannya untuk mengantar mereka ke berbagai tempat. Ia terkenal sebagai supir yang handal dan berani. Namun, karena sifat malasnya, Hasan sering kali menolak tawaran pekerjaan yang lebih serius sebagai supir.
"Saya tidak mau kerja dari pagi sampai malam hanya untuk mengemudi," kata Hasan suatu hari ketika temannya, Ahmad, menawarkan pekerjaan sebagai supir pribadi seorang pengusaha di kota.
"Padahal bayarannya lumayan, Han. Kamu bisa dapat gaji tetap dan bonus kalau kerja dengan baik," kata Ahmad.
"Tetap saja, saya lebih suka mengemudi hanya kalau saya mau. Tidak mau terikat dengan pekerjaan yang monoton," jawab Hasan sambil tersenyum lebar.
Selain mengemudi, Hasan juga memiliki keterampilan mencukur rambut. Bakat ini ia dapatkan dari pamannya yang bekerja sebagai tukang cukur di pasar. Saat masih kecil, Hasan sering menghabiskan waktu di kios cukur pamannya. Dari sinilah ia belajar cara memotong rambut dengan baik.
"Han, kamu ini berbakat sekali. Kalau mau serius, kamu bisa jadi tukang cukur yang sukses," kata pamannya suatu hari.
"Tapi saya malas, Paman. Mencukur rambut itu butuh konsentrasi dan kesabaran. Lagipula, saya lebih suka mencoba berbagai hal baru daripada harus terikat dengan satu pekerjaan," jawab Hasan sambil tertawa.
Meski begitu, bakat mencukur Hasan tetap menjadi andalan bagi banyak orang di desanya. Hampir setiap akhir pekan, ada saja tetangga atau teman yang datang meminta Hasan untuk mencukur rambut mereka. Hasan selalu melakukannya dengan senang hati, tetapi ia tetap tidak mau menjadikannya sebagai pekerjaan tetap.
Selain mengemudi dan mencukur rambut, Hasan juga pandai membuat kerajinan anyaman dari bambu. Keterampilan ini ia pelajari dari kakeknya yang merupakan seorang pengrajin anyaman terkenal di desanya. Setiap kali pulang sekolah dulu, Hasan selalu menyempatkan diri untuk membantu kakeknya di gubug kecil mereka.
"Bambu itu bahan yang luar biasa, Han. Dengan sedikit kreativitas, kita bisa membuat berbagai macam kerajinan yang indah," kata kakeknya sambil menunjukkan cara menganyam bambu menjadi keranjang.