Matahari siang menyengat dengan kejamnya, menembus jendela kamar Iwan yang tirainya sudah lama sobek. Irfan, Iwan, dan Hasan, tergeletak malas di atas karpet biru yang mulai pudar warnanya. Mereka menghabiskan waktu di rumah Iwan, tempat yang sudah menjadi markas mereka sejak lama.
"Pong, gimana cewek yang di ceritain kemarin?" tanya Iwan sambil menatap langit-langit yang sudah dipenuhi sarang laba-laba.
"Ah, yang di Facebook itu? Ya, masih biasa aja sih," jawab Irfan sambil mengangkat bahu. Padahal, hatinya berdegup lebih kencang setiap kali nama gadis itu muncul di pikirannya.
Hasan yang sedang scroll beranda Facebook langsung duduk dan menatap Irfan dengan mata penuh semangat. "Serius, Pong, sia harus berani ngajak dia ketemuan. Gimana caranya tau dia beneran cantik kalo cuma dari foto profil doang?"
Irfan terdiam sejenak. Memang, sudah lama dia penasaran dengan gadis itu. Nama akun Facebook nya Nenk Chaiyangcelaloe, begitu memikatnya sejak pertama kali ia melihat foto profilnya. Mereka sudah beberapa kali saling membalas pesan di Facebook, tapi Irfan belum pernah berani mengajak perempuan yang bernama asli Zahra tersebut bertemu.
Iwan, yang sejak tadi hanya mengamati, akhirnya angkat bicara. "Pong, maneh gak bakal tau kalau gak nyoba. Nanti ketemunya di tempat gelap aja, abis itu langsung hemblan," katanya sambil tertawa kecil.
Irfan hanya bisa tersenyum kecut mendengar saran dari kedua sahabatnya itu. "Iya sih, tapi aing takut kalau dia gak suka sama."
"Lah, itu mah resiko, Pong. Yang penting nyoba dulu. Lagian, siapa tau dia beneran suka kan," ujar Hasan sambil menepuk bahu Irfan dua kali.
Setelah berpikir sejenak, Irfan akhirnya memberanikan diri untuk mengetik pesan kepada Zahra. Tangannya sedikit gemetar, tapi semangat dari kedua sahabatnya membuatnya yakin.
"Hai Neng, gimana kalau kita ketemuan nanti? Aku ingin kenal lebih dekat sama kamu," tulis Irfan di pesan Facebook dengan gaya tulisan yang alay.