Malam itu, udara terasa hangat dan beraroma makanan dari berbagai penjuru. Lampu-lampu berwarna-warni berkelap-kelip, menciptakan suasana magis di pasar malam. Di tengah keramaian dan kebisingan, Iwan dan Hasan, berjalan dengan penuh antusiasme. Pasar malam ini selalu menjadi favorit mereka, penuh dengan permainan, makanan lezat, dan kesempatan untuk bertemu orang baru.
Namun, malam ini terasa sedikit kurang lengkap. Biasanya mereka bertiga dengan Irfan, tapi kali ini Irfan memilih untuk tinggal di rumah. “Malas,” katanya, saat Iwan dan Hasan mengajaknya keluar.
“Ah, si Irfan kenapa ya gak mau ikut. Kalau dia nggak mau ikut, padahal di rumah juga pasti bete,” kata Hasan sambil berjalan di sebuah lapangan luas dan melihat keramaian pasar malam di desa mereka. Mereka berdua berjalan lebih cepat, tak sabar untuk menikmati berbagai permainan yang ditawarkan pasar malam.
Setelah membeli tiket masuk, Iwan dan Hasan langsung menuju ke rumah hantu. Bangunan itu tampak menakutkan dari luar, dengan lampu redup dan suara-suara seram yang berasal dari dalam. “Berani nggak?” tanya Iwan dengan nada menantang.
“Alah, cuma hantu-hantuan aja,” jawab Hasan penuh semangat.
Mereka berdua masuk ke rumah hantu dengan langkah mantap. Di dalam, suara jeritan dan efek visual yang menakutkan membuat mereka beberapa kali terkejut dan tertawa. Setelah keluar dari rumah hantu, mereka berjalan menuju permainan melempar kaleng.
“Lempar kaleng yuk. Iseng aja. Lumayan ada hadiahnya juga?” tanya Hasan sambil menunjuk ke arah tumpukan kaleng yang siap dijatuhkan.
“Yuk! Duit masih banyak” jawab Iwan sambil mengambil bola dari petugas.
Iwan melempar bola dengan penuh konsentrasi, dan berhasil menjatuhkan sebagian besar kaleng. Petugas memberikan hadiah berupa boneka kecil. “Lumayan buat kenang-kenangan,” kata Iwan sambil tersenyum.
“Eh, Wok liat tuh,” kata Hasan tiba-tiba sambil menunjuk ke arah seorang wanita yang berdiri sendirian di dekat stand makanan. Wanita itu terlihat cantik dengan rambut panjang dan senyuman manis.