Para Pencari Cinta

Topan We
Chapter #14

Iwok Di Toko Bangunan

Pagi itu, sinar matahari menyusup lembut melalui jendela kamar Iwan alias Iwok. Suara ayam berkokok bersahut-sahutan, menandai dimulainya hari baru di kampung yang selalu ramai oleh aktivitas warga. Iwan menggeliat di atas tempat tidurnya, meregangkan otot-otot yang masih kaku, lalu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Hari ini adalah hari Sabtu, salah satu hari tersibuk di toko bangunan tempat ia bekerja. Namun, bukannya merasa malas, Iwan justru bersemangat untuk segera bersiap-siap.


Setelah menghabiskan kopinya, Iwan menuju lemari pakaian kayu yang terletak di pojok kamar. Ia membuka pintunya dengan antusias, mengamati koleksi pakaian yang tertata rapi di dalamnya. Untuk hari ini, Iwan sudah menyiapkan setelan favoritnya : kemeja putih berkerah tinggi, celana jeans biru yang pas di kaki, serta sepatu kulit cokelat yang baru dibelinya bulan lalu. Iwan adalah tipe orang yang selalu ingin tampil terbaik, bahkan di tempat kerja yang notabene adalah toko bangunan, di mana debu dan kotoran menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Meski demikian, Iwan merasa bahwa tampil rapi dan modis adalah caranya untuk menghormati pekerjaan serta para pelanggan yang dilayaninya.


Iwan menatap cermin besar yang tergantung di dinding kamar. Dengan teliti, ia memperhatikan penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Setelah merasa puas, ia mengambil minyak rambut dan menyisir rapi rambutnya yang memang sudah klimis. Tak lupa, ia menyemprotkan sedikit parfum ke tubuhnya, menebarkan aroma segar yang seakan menjadi ciri khasnya.


Ketika tiba di toko bangunan tempatnya bekerja, suasana sudah mulai sibuk. Para pekerja lain sibuk mengatur barang-barang di rak, menyusun material bangunan, serta menyiapkan pesanan pelanggan. Iwan menyapa mereka dengan senyum lebar dan menyingsingkan lengan kemejanya sebelum mulai bekerja. Sejak pertama kali bekerja di toko ini, Iwan selalu menjadi pusat perhatian karena penampilannya yang selalu rapi dan modis. Namun, belakangan ini, para rekan kerja dan pelanggannya juga memperhatikan sesuatu yang lain: semangat kerja Iwan yang semakin tinggi.


Bos toko, Kang Dedi, adalah orang yang sangat memperhatikan detail. Ia tahu betul bagaimana setiap pekerjanya berperilaku, bagaimana mereka melayani pelanggan, dan bagaimana mereka menjaga produktivitas kerja. Akhir-akhir ini, Kang Dedi memperhatikan bahwa Iwan selalu tampak lebih semangat dari biasanya. Ia melayani pelanggan dengan lebih ramah, menjelaskan barang-barang dengan lebih antusias, dan bahkan menawarkan bantuan tambahan kepada rekan-rekannya. Sikap Iwan ini membuat pelanggan merasa nyaman dan puas berbelanja di toko tersebut.


Suatu hari, saat toko agak sepi, Kang Dedi memanggil Iwan ke ruangannya. "Wok, ada waktu sebentar?" tanyanya dengan nada santai.


"Iya Kang," jawab Iwan sambil menghentikan aktivitasnya dan menuju ke ruangan sang bos.


Kang Dedi menyuruh Iwan duduk di kursi di depannya. "Saya perhatiin akhir-akhir ini maneh semakin bersemangat pisan dalam bekerja. Pelanggan banyak yang memuji pelayanan kamu, dan teman-teman kerjamu juga merasa terbantu dengan kehadiranmu. Saya sangat menghargai itu."


Iwan tersenyum canggung, merasa sedikit tidak enak dipuji seperti itu. "Hatur nuhun, Kang. Saya hanya coba melakukan yang terbaik aja Kang."


Kang Dedi mengangguk dengan ekspresi puas. "Saya paham. Dan karena itu, saya ingin memberikan sedikit penghargaan atas kerja kerasmu." Kang Dedi kemudian mengambil amplop kecil dari laci mejanya dan menyerahkannya kepada Iwan. "Ini adalah bonus untukmu. Anggaplah sebagai bentuk terima kasih dari saya dan toko. Kalau bisa janganlah beritahu rekan kerja yang lain."


Lihat selengkapnya