Malam itu di rumah Iwan terasa hangat dan penuh keakraban. Iwan, Hasan, dan Irfan berkumpul di ruang kamar yang sederhana, dengan bantal guling dan meja kopi yang dipenuhi snack. Sejak sore, mereka sudah memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di rumah Iwan sambil melakukan aktivitas yang sudah jadi kebiasaan mereka—mencari pasangan melalui Facebook. Dunia maya jadi arena mereka untuk menemukan cinta, atau setidaknya seseorang yang bisa diajak berkenalan.
Iwan duduk di sudut kamar dengan sebatang rokok, mata terfokus pada layar hp. Di sampingnya, Irfan dan Hasan juga sibuk dengan perangkat masing-masing, mengklik dan menggulir profil-profil yang muncul di Facebook. "Aing udah nemuin satu cewek yang kayaknya oke," kata Irfan sambil menunjukkan layar hp nya. "Lihat nih, fotonya kelihatan cantik, dan sepertinya dia satu angkatan."
Iwan melirik sebentar, mengerutkan kening. “wah dari fotonya cocok tuh Pong” katanya sambil mencoba mencermati foto profil yang ditunjukkan Irfan.
“Kayaknya sih iya,” jawab Irfan, “Muka-mukanya tipe aing banget nih.”
Sementara itu, Hasan yang rebahan di kasur lantai sedang asyik memeriksa akun Facebook yang baru ia temukan. “aing rasa aing juga baru nemuin yang oke nih,” katanya dengan nada penuh harapan. Nama akun itu adalah "Wati Chigadiez Dessa." “Ini foto profilnya, cantik banget ya. Gimana menurut kalian?”
Iwan dan Irfan memandang layar yang diperlihatkan Hasan. Wati tampak menarik dengan senyum cerianya. Namun, Iwan mengerutkan dahi dan menyatakan, “Hmm, menurut aing sih, biasa aja.”
"Selera sia emang aneh." Kata Irfan.
Hasan menatap Iwan dengan sedikit kecewa namun tetap percaya diri. “Coba deh liat lebih jelas,” ujarnya. “Aing udah ngirim pesan ke dia dan dia langsung balas. Berasa kaya cocok.”
“Coba ceritain,” kata Irfan sambil mengangkat alis. “Gimana balasannya?”
“Dia nanya tentang aing, apa yang aing suka, dan lain-lain,” jawab Hasan dengan semangat. “Kayaknya dia tertarik sama aing nih Pong.”
Iwan dan Irfan bertukar pandang. Meskipun mereka berdua kurang tertarik dengan profil Wati, mereka memutuskan untuk mendukung Hasan yang tampaknya sangat bersemangat. “Ya udah, semoga aja ini jadi malamnya maneh Cong,” kata Irfan, tersenyum.
Malam semakin larut, dan ketiga teman itu terus terhubung dengan dunia maya mereka, sambil sesekali bercanda dan tertawa. Suara klik keyboard hp dan notifikasi pesan menjadi soundtrack malam itu.
Wati, yang baru saja menjelajahi dunia maya, merasa bingung dengan beberapa pertanyaan Hasan. Ia mencoba menjelaskan tentang kehidupan sehari-harinya di desa, tetapi jawaban Hasan seringkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Meski demikian, Wati merasa nyaman berbicara dengan Hasan, karena Hasan selalu berusaha untuk mendengarkan dan memberi tanggapan, meskipun kadang tanggapannya terasa tidak nyambung.
"Jadi, apa yang neng lakukan hari ini?" tanya Hasan melalui pesan.
Wati membalas, "saya bantu ibu tadi menanam cabe. Kami baru selesai membuat bedengan di kebun. Bagaimana dengan kamu?"