Para Pencari Cinta

Topan We
Chapter #29

Gadis Ingusan Itu Bernama Lia

Iwan duduk di kursi kayu yang terletak di sudut ruang belakang rumah makan Pak Beni. Malam itu terasa berbeda. Setelah seharian penuh bekerja dengan mengurus pesanan, melayani pengunjung yang tak henti-hentinya datang, dan membersihkan dapur, tubuhnya terasa lelah. Namun, di dalam keletihan itu, Iwan merasa ada satu momen yang bisa membuatnya sejenak melupakan segala keletihan dan rutinitas harian.

Pak Beni, pemilik rumah makan tempat Iwan bekerja, selalu menyarankan untuk beristirahat setelah jam kerja selesai. Rumah makan yang terletak di salah satu sudut Jakarta ini selalu ramai, terutama saat jam makan malam tiba. Banyak pengunjung yang datang untuk menikmati hidangan khas di rumah makan ini, sehingga jam-jam tersebut selalu menjadi saat-saat penuh kesibukan. Hari ini, pengunjung lebih ramai dari biasanya, dan Iwan tahu betul itu berarti hari yang panjang di tempat kerja.

Namun, malam ini, setelah selesai merapikan area kerja dan menyapa rekan-rekannya, Iwan memutuskan untuk mengambil waktu sejenak untuk dirinya sendiri. Ia membuka ponselnya dan membuka aplikasi Facebook, tempat di mana ia biasa menghabiskan waktu luangnya. Layar ponselnya menampilkan berbagai pembaruan status, foto, dan komentar dari teman-temannya. Namun, ada satu hal yang membuat matanya berhenti bergerak.

Di beranda Facebook-nya, sebuah foto muncul di bagian atas—foto seorang gadis yang ia kenal sejak kecil. Gadis itu adalah Lia, tetangganya yang kini sudah tumbuh dewasa. Iwan mengenalnya sejak Lia masih kecil, bermain karet dengan teman-teman sebayanya di depan rumah mereka. Dulu, Lia adalah gadis kecil yang sering terlihat berlarian di jalanan, tertawa ceria, dan sering kali lupa waktu. Kini, ia terlihat sangat berbeda. Foto itu memperlihatkan Lia yang tersenyum manis dengan gaya rambut keriting panjang yang tergerai. Senyum itu tampak lebih matang, dan mata yang dulu polos kini mengandung keindahan yang tak terbantahkan.

Iwan tertegun sejenak, matanya mengamati foto tersebut dengan rasa kagum. Dia teringat masa kecil mereka, bagaimana Lia dulu hanya seorang anak yang sering ia lihat bermain-main di sekitar rumah. Namun sekarang, Lia sudah tumbuh menjadi seorang gadis muda yang cantik, dan Iwan merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya saat melihat foto itu. Hatinya seakan tergetar, menyadari bahwa gadis kecil yang dulu sering ia lihat di halaman rumah sekarang menjadi seorang wanita yang menarik perhatian banyak pemuda di kampung mereka.

Setelah beberapa saat terdiam, Iwan pun memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada Lia. Tidak ada salahnya mencoba berkenalan lebih dekat, pikirnya. Setelah mengetik beberapa kata, ia pun mengirim pesan tersebut.

Iwan: "Hai Lia. Bagaimana kabar kamu?"

Iwan menunggu balasan, sambil sesekali memandangi layar ponselnya. Tak lama kemudian, sebuah notifikasi muncul. Lia membalas pesannya.

Lia: "Alhamdulillah Baik. Bagaimana kabar Ka Iwok?"

Iwan tersenyum membaca balasan itu. Meskipun itu hanya obrolan ringan, ada semacam kehangatan yang membuatnya merasa lebih nyaman. Ia merasa seperti kembali ke masa lalu, meskipun banyak waktu yang telah berlalu sejak Iwan terakhir melihatnya. Iwan melanjutkan percakapan dengan penuh antusias.

Iwan: "Alhamdulillah baik juga. Aku baru selesai kerja nih. Kamu gimana? Masih sekolah?"

Lihat selengkapnya