Para Pencari Cinta

Topan We
Chapter #30

Wati Mulai Kurang Ajar

Malam semakin larut, dan angin yang berhembus lembut di antara pepohonan membuat suasana di pos ronda itu terasa tenang. Hanya ada dua sosok yang duduk di bangku panjang, masing-masing dengan secangkir kopi hitam di tangan mereka. Pos ronda, tempat yang biasanya menjadi tempat penjagaan, malam ini hanya dihuni oleh dua sahabat, Hasan dan Irfan. Langit gelap dengan sedikit bintang yang bersinar samar, namun cahaya dari lampu pos ronda cukup untuk menciptakan atmosfer yang penuh dengan kesunyian malam.

Hasan, yang duduk di sebelah kiri Irfan, memandang ke arah jalan desa yang tampak sepi. Sesekali suara jangkrik terdengar, menciptakan irama malam yang khas. Di tangannya, ia memegang ponsel, sesekali menatap layar dengan penuh perhatian, seolah menunggu sesuatu. Irfan, yang duduk dengan santai, meneguk kopi sambil memperhatikan sahabatnya.

"Biasanya kalau mainin hp sula ketawa-ketawa Cong," ujar Irfan sambil mengamati ekspresi sahabatnya yang terlihat cemas.

Hasan menunduk, tak tahu harus mulai dari mana. Setelah beberapa saat, ia menghela napas panjang.

"Kemaren malam aku baru saja minta restu kepada orang tua Wati," kata Hasan pelan.

Irfan tersenyum lebar, "Wah, akhirnya! Aku tahu kamu pasti udah nyiapin semuanya dengan matang."

Hasan mengangguk, meski masih ada kekhawatiran yang mengendap di dalam hatinya. "Iya, tapi... entahlah. Aku merasa ada yang aneh dengan Wati malam ini."

Irfan menatap sahabatnya dengan bingung. "Aneh bagaimana?"

"Dia... lambat sekali balas pesan aku. Biasanya kan dia cepat banget. Kalau aku kirim pesan, langsung dibalas," ujar Hasan sambil memandang ponselnya yang tergeletak di meja pos ronda itu. "Tapi malam ini, sudah berapa kali aku kirim pesan, belum juga ada balasan."

Irfan mencoba memberikan penghiburan. "Mungkin dia lagi sibuk. Jangan langsung curiga lah. Bisa jadi dia sedang ada hal lain yang menyita perhatian."

"Tapi itu bukan Wati yang aku kenal, Pong. Biasanya dia selalu balas pesan dengan cepat, bahkan kalau aku kirim pesan baru beberapa menit lalu pun, dia sudah langsung jawab," kata Hasan, suara kekhawatirannya mulai terdengar. "Kenapa malam ini beda? Apa mungkin ada sesuatu yang terjadi di rumahnya?"

Irfan meminum kopinya dengan tenang, mencoba mencerna apa yang sedang dirasakan sahabatnya. "Mungkin kamu cuma terlalu khawatir. Wati kan enggak mungkin ada yang aneh-aneh. Lagian, kalian berdua udah lumayan lama pacaran. Sudah saling kenal baik."

Hasan hanya diam, menatap layar ponselnya lagi. Di sana, masih tampak pesan yang ia kirimkan, tanpa ada satu pun balasan dari Wati. Dia pun tak bisa menahan diri untuk terus mengirim pesan.

Lihat selengkapnya