Para Pencari Cinta

Topan We
Chapter #31

Deni Sang Penakluk Santi

Irfan duduk termenung di bangku taman sekolah. Langit siang yang begitu terik seolah turut menggambarkan suasana hatinya yang sedang dilanda kepanasan. Di tangannya tergenggam sebuah buku puisi berjudul "Selamat Menunaikan Ibadah Puisi : Karya Joko Pinurbo" yang akan dibacanya. Pikirannya tak bisa lepas dari satu nama: Santi. Cewek cantik yang selalu berhasil mencuri perhatiannya setiap kali lewat. Santi dengan senyum manis dan rambut panjang yang selalu tertata rapi. Santi yang tak pernah lepas dari pandangannya di setiap kesempatan.

Namun, meskipun sudah lama Irfan memendam rasa suka pada Santi, ia tidak pernah punya keberanian untuk menyatakannya. Ada banyak alasan yang membuatnya merasa tidak pantas untuk mendekati Santi. Yang pertama, Santi adalah tipe gadis yang sempurna: cantik, pintar, ceria, dan populer di kalangan teman-temannya. Sedangkan Irfan, meskipun hanya bisa dibilang pas-pasan dari segi wajah, merasa dirinya jauh dibandingkan dengan Santi. Ia merasa seperti laki-laki yang tidak sebanding dengan segala yang dimiliki Santi.

“Irfan, kamu harus lebih berani. Kalau kamu diam saja, dia tidak akan tahu perasaanmu,” pikir Irfan, mencoba memberikan semangat pada dirinya sendiri. Tetapi hati kecilnya tetap berkata bahwa itu mustahil.

Siang itu, setelah pulang dari sekolah, Irfan mampir di sebuah warung tempat anak sekolah nongkrong. Matanya tertuju pada beberapa temannya yang sedang asyik membicarakan sesuatu tentang Santi. Beberapa teman Irfan mulai membicarakan soal hubungan asmara Santi. Irfan penasaran dan tanpa sadar mendekatkan telinganya.

“Kalian tahu gak sih, Si Santi baru aja pacaran?” kata Edo, salah satu teman Irfan yang juga memiliki perasaan suka kepada Santi.

Irfan hampir terjatuh dari kursinya. Hatinya berdebar keras. Baru saja dia ingin bertanya lebih lanjut, Edo melanjutkan.

“Iya, aing dengar si Santi sekarang pacaran sama si Deni, anak sekolah dari SMK 02,” Edo tertawa kecil. “Sebenernya si Deni itu sih bukan tipe cowok yang biasa Santi pacari, ya. Dia tuh agak… gimana ya, hitam gitu. Tapi entah kenapa, si Santi bisa jatuh cinta sama dia. Ya karena mungkin nama si Deni udah terkenal di kalangan anak sekolah berkat kenakalan dan keberaniannya.”

Irfan juga sering mendengar nama Deni dari sekolah lain. Dia memang anak yang terkenal karena aksinya yang selalu menjadi provokator dan juga tidak ada yang berani padanya.

Perasaan Irfan seperti tertusuk seribu jarum. Santi, gadis yang selama ini menjadi pusat perhatian hatinya, ternyata sudah memiliki pacar. Lebih buruk lagi, pacarnya ternyata jauh berbeda dengan harapannya. Deni, yang disebut-sebut oleh Edo, bukanlah cowok tampan seperti yang selama ini Irfan bayangkan, bahkan bisa dibilang Deni terlihat jauh lebih gelap kulitnya dibandingkan dengan dirinya.

“Deni?” Irfan bertanya dengan nada agak terdengar kaget.

“Iya, kenapa?” jawab Edo, tidak menyadari betapa besar dampak berita itu bagi Irfan.

Sejak mendengar informasi itu, Irfan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pikirannya terus terombang-ambing antara kebingungannya dan keinginannya untuk mengerti lebih jauh tentang perasaan Santi. Apa yang membuat Santi bisa jatuh cinta pada Deni yang menurutnya jauh dari standar kecantikan yang selama ini menjadi acuan banyak orang? Tidak ada yang terlalu istimewa dari Deni, kecuali kenyataan bahwa dia adalah anak yang populer dari sekolah lain, yang juga tidak jauh berbeda dengan banyak pria biasa lainnya.

Lihat selengkapnya