Para Pencari Cinta

Topan We
Chapter #37

Santi Putus?

Irfan sedang duduk di sebuah bangku taman sekolah. Di meja kayu yang sudah usang itu, segelas es jeruk yang hampir habis ia minum masih tertinggal, menunggu untuk diselesaikan. Matanya melayang ke arah lapangan yang memandang teman-temannya bermain voli. Pikiran Irfan sedang kacau. Kabar yang baru saja ia dengar dari teman sebangku Santi membuatnya merasa sedikit gembira, namun juga bingung.

"Santi baru saja putus dengan pacarnya," kata Tati beberapa jam yang lalu saat mereka bertemu. "Katanya, dia kecewa banget karena pacarnya ngajak hal-hal aneh yang enggak bisa diterima." Tati menjelaskan, wajahnya serius.

Mendengar itu, Irfan merasa terkejut sekaligus lega. Terkejut, karena dia tidak pernah menduga hubungan Santi dengan pacarnya akan berakhir secepat itu. Lega, karena akhirnya ada kesempatan baginya untuk mendekati Santi, yang selama ini hanya bisa ia simpan dalam hati.

Ia juga bingung, beberapa hari kemarin ia mulai pendekatan kepada Fatimah. Lalu siapa yang akan Irfan pilih?

Santi, gadis yang selalu ada dalam pikirannya, ternyata sedang dalam keadaan rapuh. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk Irfan menyatakan perasaannya. Tapi, satu hal yang masih mengganjal di pikiran Irfan. Teman dekatnya itu, yang selalu memberikan nasihat bijak, menyarankan agar Irfan tidak terlalu terburu-buru.

“Jangan terburu-buru, Irfan,” Tati sempat mengatakan dengan serius. “Santi baru aja putus. Dia butuh waktu untuk sembuh dan menata hatinya lagi. Kamu enggak mau cuma jadi pelarian, kan?”

Irfan mengangguk waktu itu, tetapi dalam hati, ia merasa tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Begitu banyak waktu yang telah berlalu, dan kesempatan ini mungkin tidak datang lagi. Dia harus berani mengambil langkah. Bagaimanapun, selama ini dia sudah terlalu lama menjadi teman yang hanya bisa menyaksikan Santi bersama orang lain.

Dan kini, Irfan merasa, kesempatan itu ada di depan mata.

Hari itu, Santi datang ke sekolah dengan ekspresi yang tidak seperti biasanya. Wajahnya lebih murung, dan ada kerutan di dahi yang menunjukkan kegelisahan. Irfan yang sedang duduk di bangku taman dekat ruang perpustakaan langsung merasa ada yang tidak beres. Dia memutuskan untuk mendekati Santi.

“Santi, gimana kabarnya?” Irfan bertanya, mencoba membuka percakapan.

Santi hanya tersenyum tipis. "Baik, kok."

Irfan langsung merasa cemas. "Tapi kamu enggak kelihatan seperti biasanya."

Lihat selengkapnya