Hari Minggu ini terasa sangat terik, lebih panas dari biasanya. Cuaca memang sedang tidak menentu belakangan ini. Musim kemarau yang panjang membuat tanah sawah mengering, dan banyak warga yang kesulitan mendapatkan air bersih. Banyak yang harus berjalan jauh menuju sungai atau mencari penampungan air yang dibangun secara manual oleh warga di pinggiran desa.
“Cong, lihat sawah ibu yang di ujung sana. Sudah lama sekali tidak ditengok, mungkin kamu bisa periksa, kalau ada pisang yang tua tebang aja,” ucap ibu Hasan dengan nada khawatir, pagi itu. Hasan mengangguk sambil melirik ke arah jam dinding. Sudah beberapa bulan sejak ibunya terakhir kali berbicara tentang sawah itu, dan Hasan tahu bahwa sawah itu sudah lama terbengkalai.
"Iya, Mak. Kacong pergi sekarang. Irfan juga mau ikut," jawab Hasan seraya menyisir rambutnya yang sedikit kusut. Irfan, sudah siap di depan rumah menunggunya.
Mereka berdua berjalan menyusuri jalan setapak menuju sawah. Hasan membawa cangkul dan parang kecil yang selalu ia bawa saat pergi ke ladang. Meski cuaca sangat panas, Hasan dan Irfan tetap melangkah santai. Mereka lebih memilih menikmati perjalanan daripada terburu-buru.
“Kamu tahu, Cong, kalau kemarau terus begini, bisa-bisa sawah-sawah ini tidak menghasilkan apa-apa tahun ini,” kata Hasan sambil melihat-lihat sawah yang semakin kering.
“Betul, Cong. Aku juga denger beberapa orang mulai khawatir soal panen tahun ini,” jawab Irfan, wajahnya sedikit cemas. “Bagaimana dengan sumur di rumahmu, masih ada air?”
Hasan mengangguk, meskipun dirinya tahu bahwa sumur di rumahnya kini sudah mulai menyusut. “Iya, masih ada sedikit sih, tapi enggak tahu sampai kapan. Kami harus menghemat air. Kalau musim hujan nanti datang, semoga sawah ini bisa terisi air lagi.”
Mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah yang pelan. Jalan setapak itu membelah hamparan pepohonan karet yang baru saja dipanen getahnya oleh beberapa pemiliknya. Mereka tidak berbicara banyak, hanya mendengarkan suara alam sekitar dan merasakan kedamaian walau cuaca sedang panas.
Tiba-tiba, Irfan menghentikan langkahnya. Ia melihat sesuatu yang menarik perhatian, tiga anak kecil yang sedang bersembunyi di balik pohon. Hasan yang melihat itu juga ikut berhenti, penasaran dengan apa yang sedang dilakukan anak-anak itu.
“Eh, Pong! Mereka lagi ngapain?” bisik Hasan.
Irfan mengerutkan keningnya, melihat lebih jelas. "Waduh Kayaknya mereka lagi ngintip, Cong," jawabnya sambil menundukkan suara.