Para Pencari Cinta

Topan We
Chapter #40

Lia Diembat Cowok Lain

Setiap kali Iwan menerima gaji dari pekerjaannya di rumah makan itu, ia selalu merasa bahagia. Bukan hanya karena uang itu, tetapi juga karena bisa mengirimkan sebagian besar untuk sang nenek, juga untuk kekasihnya, Lia. Lia, gadis yang kini selalu menjadi pusat pikirannya. Meski jarak memisahkan mereka, Iwan merasa dekat dengan Lia. Setiap kali gajian, dia menyisihkan uang untuknya, berharap Lia bisa hidup lebih baik, meski hanya sedikit bantuan dari dirinya. Iwan sering berkata pada diri sendiri, "Ini adalah bentuk cintaku padanya. Dia pantas mendapatkan yang terbaik."

Lia dulu hanyalah gadis kampung yang tampak biasa. Namun kini, setelah beberapa bulan berpacaran dengan Iwan, Lia berubah. Rambutnya yang dulunya keriting dan kusut kini selalu rapi, terawat dengan rebonding yang membuatnya tampak lebih cantik. Wajahnya pun lebih cerah, tidak seperti dulu yang pucat dan tidak terurus. Semua itu berkat produk skincare yang Iwan belikan setiap bulan. Tubuhnya pun sekarang lebih berisi, lebih menggoda. Iwan merasa bangga bisa memberikan semua itu, merasa bahwa apa yang ia lakukan untuk Lia adalah hal yang pantas.

Namun, tidak semua orang merasa senang dengan hubungan mereka. Irfan dan Hasan, yang sudah lama mengenal Lia, mulai merasakan ada yang tidak beres. Mereka tidak pernah menyuarakan kekhawatiran mereka secara langsung kepada Iwan, karena mereka tahu betul bagaimana Iwan sangat mencintai Lia. Bahkan Hasan dan Irfan sudah sering berbicara tentang ini berdua, merasa ada yang aneh dengan hubungan mereka.

"Kamu lihat enggak pong?" tanya Hasan suatu malam ketika mereka sedang nongkrong di pos ronda.

"Si Lia?. Tapi kenapa emang?" jawab Irfan dengan santai, meski di dalam hatinya ada perasaan yang tidak nyaman.

"Si Lia kayaknya makin berubah? Rambutnya, kulitnya, badan dia... semua itu kan karena perjuangan si Iwok. Aing enggak bilang itu salah, tapi kok rasanya dia makin... apa ya... makin kurang ajar," ujar Hasan dengan nada yang penuh keraguan dan sedikit emosi.

Irfan mengangguk pelan, meresapi perkataan sahabatnya. "Iya, aku juga mikir gitu. Si Lia kelihatan lebih sibuk dengan penampilannya daripada dengan si Iwok. Aku khawatir dia cuma memanfaatkan Iwok untuk memenuhi kebutuhannya."

Hasan menghela napas panjang. "Aing juga enggak enak lihat si Iwok yang makin kelihatan terlena. Dia enggak pernah mikirin diri sendiri. Semua uang yang dia dapat selalu buat si Lia. Tapi Lia? Kayaknya dia enggak sepenuhnya peduli sama si Iwok, deh."

Keduanya terdiam, suasana menjadi sunyi sejenak. Mereka merasa seperti sedang memikirkan sesuatu yang besar, yang bisa merusak hubungan Iwok dengan pacarnya. Tapi mereka juga tidak bisa diam begitu saja, melihat sahabat mereka terjebak dalam hubungan yang tidak diinginkan itu.

Lihat selengkapnya