Sudah lama Hasan tidak main ke rumah Wati. Rasanya ada yang berbeda dari hubungan mereka. Dulu, saat awal-awal pacaran, Wati selalu terbuka dan mudah diajak ngobrol, bahkan sering mengundangnya ke rumah. Namun, kini, Wati terasa jauh. Akhir-akhir ini hubungan mereka terasa renggang. Setiap kali Hasan mengirim pesan atau menelepon, Wati selalu memberi alasan yang tidak jelas. Setiap kali Hasan mencoba untuk mengunjungi, Wati selalu mengatakan bahwa ia tidak bisa, karena ada urusan lain atau karena orang tuanya tidak mengizinkan.
Hasan mulai merasa ada yang berubah dari sikap Wati. Rasa curiga semakin mengganggu pikirannya. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Wati. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Wati yang dulu begitu dekat dengannya kini berubah menjadi pendiam dan sulit dijangkau?
Pada suatu malam, Hasan merasa sudah waktunya untuk mencari tahu. Ia memutuskan untuk mengunjungi rumah Wati, meskipun ia tahu bahwa kemungkinan besar Wati akan menolaknya lagi. Namun, kali ini Hasan sudah tidak bisa menahan rasa penasaran yang semakin membesar.
Ia membuka aplikasi Facebook dan mengetikkan sebuah pesan untuk Wati: "Wati, aku ingin datang ke rumah kamu malam ini, ya?"
Setelah beberapa menit, Wati membalas pesan itu dengan cepat, namun jawabannya membuat hati Hasan semakin gundah. "Maaf, A Hasan. Aku tidak bisa ketemu malam ini. Orang tuaku belum bisa mengizinkan."
Jawaban itu terdengar seperti jawaban yang sudah sering ia dengar belakangan ini. Hasan merasa ada yang aneh. Wati tidak pernah menolak dengan alasan seperti ini sebelumnya. Hati Hasan semakin tidak tenang. Ia merasa seperti ada sesuatu yang disembunyikan dari dirinya.
"Kenapa aku selalu ditolak dengan alasan yang sama?" pikir Hasan dalam hati. "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Hasan memutuskan untuk mencoba lagi. Ia tidak mau menyerah begitu saja. Ia merasa ada yang harus ia ungkapkan, ada yang harus ia ketahui. Ia kembali mengetik pesan: "Tapi kenapa? Biasanya enggak kaya gini. Orang tua kamu juga selalu ngizinin."
Wati kembali membalas dengan pesan singkat. "Maaf, Hasan. Aku benar-benar enggak bisa."
Hasan merasa cemas. Rasa curiga semakin menghantuinya. Ia tidak bisa tinggal diam. Ia merasa harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa berpikir panjang, Hasan kemudian menghubungi sahabatnya, Irfan. Irfan sudah lama tahu tentang hubungannya dengan Wati dan tahu betul bagaimana cemasnya Hasan akhir-akhir ini.
"Aku merasa ada yang aneh dengan Wati. Dia terus-terusan menolak aku untuk datang ke rumahnya. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi," kata Hasan dengan suara gelisah.
Irfan mendengarkan penuturan Hasan dengan seksama. "Terus mau maksa aja ke rumah si Wati sekarang?" tanya Irfan, meskipun ia sudah tahu bahwa Hasan sangat emosional saat ini.
"Aku enggak bisa nunggu lagi, Pong. Aku harus tahu," jawab Hasan tegas.
Tanpa berpikir panjang, Irfan akhirnya menyetujui untuk menemani Hasan. Mereka berdua pun berangkat menuju rumah Wati malam itu juga. Jalanan sepi, hanya ada suara desing mesin motor Irfan. Hasan merasakan jantungnya berdegup kencang. Rasa penasaran dan kecemasan bercampur menjadi satu. Ia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Wati, kenapa sikapnya berubah begitu drastis.
Sesampainya di depan rumah Wati, Hasan merasa tubuhnya bergetar hebat. Emosinya yang sudah memuncak semakin sulit untuk dikendalikan. Irfan yang berada di sampingnya merasakan ketegangan yang sama, meskipun ia berusaha untuk tetap tenang.
"Cong,?" Kata Irfan yang berusaha untuk menenangkan diri Hasan.
"Iya," jawab Hasan, suaranya hampir tidak terdengar.
Irfan menyadari perubahan ekspresi wajah Hasan yang tampak tegang. "Kalau kamu ragu, kita bisa pulang aja. Jangan dipaksakan," kata Irfan, mencoba menenangkan sahabatnya itu.
Namun Hasan tidak mendengarkan. Ia sudah tidak peduli lagi. Dengan langkah pasti, ia mendekati pintu rumah Wati dan mengetuknya. Hatinya berdebar-debar. Setelah beberapa detik yang terasa seperti berjam-jam, pintu terbuka perlahan.
Wati muncul di balik pintu dengan ekspresi terkejut. "Hasan? Kata aku kan enggak boleh kesini!" Kata Wati dengan nada yang terdengar sedikit panik.