Para Pencari Cinta

Topan We
Chapter #53

Iwok Diusir Nenek

Malam itu, suasana desa yang biasanya sunyi mendalam tiba-tiba tercoreng oleh kabar yang mengejutkan. Nenek Iwan, seorang wanita tua yang selalu dihormati di kampung, tidak bisa menahan emosinya setelah mendengar berita tentang Lia, gadis yang selama ini dianggap seperti anak sendiri oleh Nenek Iwan. Dalam keremangan malam, kabar yang mencuat membuat hati nenek Iwan bergejolak. Lia mengaku hamil, dan yang lebih mencengangkan lagi, ia menuduh Iwan sebagai pelaku. Berita itu bagaikan badai yang menerpa kehidupan Iwan, tanpa memberi kesempatan untuk membela diri.

Nenek Iwan yang biasanya sabar, penuh kebijaksanaan, kini berubah. Ia mengumpulkan seluruh energi marah dan kecewanya, bertanya pada Iwan dengan suara yang serak, “Wok, benar kamu yang melakukannya? Benarkah kamu yang membuat Lia hamil?”

Iwan, yang tengah duduk termangu di ruang tamu rumah neneknya, terdiam sesaat. Hatinya seolah terhimpit beban yang berat. Semua yang terjadi terasa seperti mimpi buruk. Ia tidak pernah menyentuh Lia dengan cara seperti itu. Mereka sudah berpacaran selama bertahun-tahun, namun Iwan selalu menjaga kesucian hubungan mereka. Tidak pernah terlintas di pikirannya untuk menyakiti Lia, apalagi melakukan sesuatu yang tidak pantas.

“Enggak, Mak” jawab Iwan dengan suara terbata. “Iwok enggak pernah ngelakuin apa yang Lia tuduhkan. Iwok enggak tahu kenapa dia bisa bilang kaya gitu.”

Namun nenek Iwan yang sudah dipenuhi amarah dan rasa kecewa tidak bisa menerima penjelasan itu. “Enggak mungkin si Lia bohong! Dia enggak akan ngaku seperti itu jika bukan karena kamu!” teriak nenek, matanya berkaca-kaca.

Iwan mencoba menjelaskan lebih lanjut, “Mak, Iwok berani bersumpah, Iwok enggak pernah melakukannya.”

Namun nenek yang sudah sangat kecewa tetap keras kepala. “Jadi kamu ingin mengatakan bahwa Lia berbohong? Kamu pikir emak bisa percaya gitu aja? Kamu harus bertanggung jawab, Wok!” kata nenek sambil berdiri, matanya memancarkan amarah yang mendalam.

Dengan perasaan yang hancur, Iwan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tahu, meskipun ia bersumpah seratus kali pun, neneknya tidak akan mempercayainya. Begitu dalamnya rasa kecewa sang nenek, sampai-sampai ia tidak bisa menerima penjelasan apapun dari cucunya. Akhirnya, nenek memutuskan untuk berbicara dengan tegas, “Kamu pergi dari rumah ini! Pergi, dan jangan kembali lagi sebelum kamu bisa membuktikan bahwa kamu enggak bersalah!”

Perkataan itu seperti pedang yang menusuk hati Iwan. Ia tidak bisa menahan air matanya yang mulai mengalir. Sang nenek yang selama ini selalu menjadi tempatnya bercerita, yang selalu memberikan dukungan, kini malah memusuhinya. Iwan pun pergi dengan perasaan yang hancur, tidak tahu lagi harus bagaimana.


Lihat selengkapnya