Para Pengganti

Agung Satriawan
Chapter #18

Katering

Rifai masih menghitung-hitung sisa dari omset bulan ini. Hasil akhir setelah dipotong gaji empat pegawainya masih tidak cukup menyewa kantornya yang tiga bulan terakhir ini selalu telat bayar. Bulan lalu Rifai menggunakan tabungannya yang sekarang sudah habis. Di tengah krisis, Yuda, salah satu pegawainya malah mengajukan pinjaman untuk biaya operasi anaknya yang terkena kanker mulut. Sementara cicilan pertama biaya masuk sekolah anak  bungsu Rifai pun belum ada. 

Pintu kantornya terbuka. Sefri, sahabatnya tiba. Rifai sangat berharap kedatangannya membawa kabar gembira. Tapi tidak ada senyum di wajah sahabatnya itu. Ia duduk di kursi samping di meja yang sama.

Rifai menatapnya memberi waktu. Setelah Sefri bersandar pada sandaran kursi, baru Rifai bertanya, “Gimana, bro?”

Sefri menggeleng. “Anyep, bro!” keluhnya lalu mendengus. “Kantor bilang gue harus ngasih cashback kalau mau tembus.”

Rifai mendecak pelan. Bukan karena  kecewa pada usaha Sefri, tapi karena kembali mendengar istilah yang ia benci.

“Empat lembaga yang lain juga sama, bro,” ujar Sefri lagi. Kali ini ia melepas topi dari atas rambutnya. Rifasi bisa melihat peluh dari panasnya perjalanan siang ini. 

“Minum dulu, bro,” ujar Rifai berdiri lalu mengambil air mineral dari meja lain. Ia kembali dan memberi air itu pada Sefri.

“Thank you, bro,” tanggap Sefri. Ia lalu membuka kemasan dan meneguknya berkali-kali hingga botol itu tersisa sepertiga. “Memang nggak ada budgetnya, bro?” tanya Sefri kemudian.

Rifai tahu yang sahabatnya maksud. Ia menggeleng tegas. “Nggak ada, bro, dan nggak akan pernah ada. Persetan lah sama begitua, gue nggak mau ikut-ikutan.”

“Tapi di era persaingan kayak sekarang, bro,” gugat Sefri.

“Selama ini gue nggak pake begituan, bisa dapet, kok,” ucap  Rifai sekaligus menguatkan diri.

Sefri mengangguk, tapi ucapannya tetap merayu. “Tapi sekarang udah berkurang, kan?” ucapnya. “Itu karena katering lain ngasih stimulan, bro. Cashback itu tadi!”

Lihat selengkapnya